Om namah shiva ya, ini introspeksi Giriram sendiri. Dalam dinamika kehidupan yang sangat dinamis ini, kita sesungguhnya memang perlu memegang teguh, “nithyaanusthaana” - ritual , yoga , tirakat yang ditentukan sebagai pegangan disiplin - shadana - sehari hari. Pegangan shadana itu sejatinya sangatlah penting, karena merupakan tapa tertinggi dan juga sebuah dharma tertinggi. Sebagaimana, dideskripsikan di Garba Upanisad, bahwa kita sesungguhnya sudah “berjanji” saat masih berada “bertapa” di garba/ perut ibu. “ibu manakala saya lahir saya akan mencari jati diri, mewujudkan Mahadewa, Shiva” lalu pertanyaan apa yang sungguh sungguh sudah kita lakukan???? Bahkan bukan merupakan sikap kesombongan/ arogansi, jika kita mampu mencapai tahap sthitaprajna , seseorang, yogi, shadaka , sadhu, siddha, aghora, jika pada posisi Sthitaprajna, maka bhatin nya akan selalu berucap “Aham Brahmasmi” aku Brahman, Om om om - aku Sabda Brahman, Shivoham , Aku Shiva, So Ham , Aku Tuhan. Kebebasan / mukti/ moksah itu akan terwujud melalui abhyasa kesadaran “aham Brahmasmi” itu sendiri. Nah .. perasaan kesadaran ketuhanan itu harus terus diperjuangkan, dan senantiasa dihayati secara total. Hal itulah sesungguhnya merupakan Tugas Sejati sebagai Manawa. Mereka yang sudah mencapai Atmajnana, - kesadaran pengetahuan tentang Atma itu, wajib terus mengawal dengan strike disiplinnya, menyirami dan eling/ sadar dengan hakekat yang hakiki dari om, brahman, shiva , linggam ada di hrdaya. Ideslnya, agar kita selalu eksis sebagai sat cit ananda, yang merupakan kebenaran dasar seorang yogi. Para pencari jadi diri/ sheeker , yang tekun menghayati Mahawakya Weda, Upanisad dan Bhagawad Gita, maka berkah nya kata Sad Guru Bhagawan Satya Sai Narayana, benar benar akan dapat menyebrangi lautan kelahiran dan kematian serta tidak diragukan lagi mewujudkan Moksah. Sebaliknya, yang belum mempelajari dan menghayati hakikat Weda, Upanisad, Gita dan hanya puas dengan kesucian, dengan menonjolan lahiriah atau hal fisik semata, maka pastinya akan menderita kesedihan. Lalu, bagaimana pilihan terhadap shadana Gayatri, yang tercantum pada Reg Weda III. 62. 10. Itu. Gayatri, mantra yang sangat suci. Dipercaya, selalu berada dimana mantra itu diucapkan. Gayatri, juga disebut - gaayantham traayathe iti gayatri - mantra ini juga memberikan jaminan, akan menyelamatkan siapapun yang mengucapkan. Menurut Satya Narayana, pada Buku Pancaran Dharma, (46 : 1993) Gayatri, itu adalah nafas kehidupan Para Brahmin. Di Bali, dikenal sebagai Pandita/ Sulinggih. Karena dalam Chalisa Gayatri, seorang Brahmin, sang Dwijati disarankan mengucapkan 1200 kali sehari. Tujuannya, agar memiliki kualifikasi dan kompetensi yang mumpuni. Giriram, sendiri, selalu mengulang ulang Weda Matha - Ibu Weda itu sejak 1991. Tahun 2006 tiang tirtayatra sendiri selama 21 hari. Salah satunya, ke Kampur Uttarpradesh India , menemui Mahayogi Upendra, di Ashram nya setelah Didiksa Gayatri, dan mendapat berkah Ganesha di Prasanti Nilayam Andra Pradesh, kemudian tiang koq bisa mengucapkan gayatri mantra dengan sangat cepat 3 menit per satu mala 108 biji. Mantra Gayatri selain sakral, juga sangat utama di India. Karena itu, di India, mantra gayatri inilah yang digunakan prosesi Diksa/ Dwijati. Penemu Gayatri adalah Brahmarishi Wiswamitra. Brahmarishi inilah yang menginisiasi Sri Rama, secara esoterik / dalam misteri pemujaan Surya/ Savitri , melalui mantra Savitri/ Gayatri. Power niskala Brahmarishi Wiswamitra, sangat dashyat. Bukan saja, menguasai senjata senjata langka niskala, beliau juga pernah mengantarkan Raja Ishvangku ke Sorga, dengan badan kasar nya. Namun, setelah di Sorga, tidak diterima para Dewa, Iswangku, diturunkan ke bumi secara paksa. Wiswamitra, kemudian menolong Iswangku, masuk ke planet miniatur alam semesta, yang khusus dibuat dengan menggunakan kesaktian Wiswamitra, untuk membantu menyangga Isvangku, sehingga tidak tewas jatuh di bumi. Sri Rama, juga dapat inisiasi Aditya Hrdayam mantra, dari MahaRishi Agastya.
Para Rishi zaman dulu mendeklarasikan, “samdhya heeno suchirnityamanathas sarva karmasu yad anyath kuruthe karma no thasa phala bhaag bhabeth” - Artinya, bila kaum Brahmana, tidak melakukan sadhya ia akan celaka. Demikian dikatakan kitab suci, bahkan Brahmana, yang mengabaikan pemujaan sadhya tidak berhak melakukan upacara lainnya. Para rishi tempoe doeloe melakukan iSadhya Gayatri atau dengan mantra savitri atau memuja Surya Narayana, bertahun tahun - kalau di Bali Surya Sevana — karena diberkati umur panjang, kemasyuran, kejayaan dan kebijaksanaan. Jadi yang disebut Brahmin/ Brahmana dalam konteks ini, adalah shadaka yang telah menyadari Brahmatattwa, prinsip Ketuhanan, kenyataan sejati yang tidak terwujud dan juga telah memurnikan dirinya dengan Brahmopasana, yakni senantiasa selalu sadar merenungkan Brahman, Tuhan Nirguna yang tiada putusnya alias terus menerus. Nah .. mereka mereka yang telah menjadi Brahmin/ Brahmana/ Sulinggih, Pandita, maka mau tidak mau, suka tidak suka memikul tanggungjawab khusus , melakukan Pemujaan Sadhya Gayatri tersebut.
Karena itu disebutkan, seorang bhakta, walaka, shadaka, yogi yang sepanjang hayatnya menjaga swadharma dengan tekun menjalankan Sandhya tiga kali sehari, maka ia lah disebut jenis manusia utama dan tertinggi. Ia pasti selalu “jaya” dan mencapai semua yang diinginkan. Bahkan, lebih dari itu bisa mewujudkan,
Kebebasan, - jivanmukta - di saat masih hidup ini.
Gayatri itu disebut memiliki empat kaki dan enam kelompok. Kelompok tersebut adalah vaak/ ucapan, bhuta/ benda, prithvi / dunia, sariram/ raga, prana / nafas , hridaya / hati. Segala sesuatu yang bersinar sebagai Gayathri, karena vaak / suara adalah Gayathri, Vaak lah yang menguraikan, menyatakan, menunjukkan. Ketuhanan, yang dipuja dalam Gayathri, benar benar agung, suci, sangat mulia. Segala ciptaan prakerti ini adalah 1/4 dari raga Nya. Sedangkan kekuatan 3/4 Nya adalah wujud abadi cemerlang bersifat niskala. Ketuhan dalam gayathri itu adalah Brahman sendiri. Ia merupakan aakaasa - diluar jangkauan akan manusia. Ia juga tahap jagrath, swapna, dan susuphti, ia yang mengetahui tiga avastha itu sama dengan Brahman, karena berkesadaran susupti.
Gayatri, juga disebut gerbang menuju persatuan Atma - Paramatma. Jika seseorang terus menerus mengucapkan Gayatri Mantram, selama tiga tahun, maka saat setelah meninggal akan bersatu dengan Brahman. Jika, benar benar memahami arti Gayatri, secara gradual akan merasakan Atmaswarup, yang Maha Cemerlang, yang disebutkan dalam mantra gayatri itu, adalah dirimu yang sejati. Dalam kitab kitab Smerti pun disebutkan, tidak ada artha yang lebih berharga daripada Gayatri. Karena itu, jika seseorang lemah menelaah Weda, maka dengan mengulang ulang gayatri saja sudah cukup, karena juga merupakan Ibu Weda/ Chandasaam Mathaa. Bahkan, dalam gayathri bukan saja ada 9 omkara, selain Dewi Savitri, Gayatri dan Saraswati, adalah juga Ganesha, Surya, Wisnu, Shiva dan Durga alias Bhagwati. Jadi, memuja Gayatri mantram upasana kepada sarwa/ delapan Dewa dewa utama bukan saja trimurti juga termasuk dewi dan Sabda Brahman omkara. Karena itu, sah sah sebagai mantra penyempurna. Sebab, ketika tidak hapal mantra secara spesifik melakukan koneksi, manakala diberikan tugas memimpin upacara, maka semua nya akan menjadi tujuan terpenuhi dan akhir yang bahagia , dengan
mengucapkan mantra penyempurna gayatri. Gayatri itu termasuk doa universal yang tercantum dan diabadikan dalam Weda, kitab suci paling purwakala.
Jadi, siapapun boleh bahkan disarankan mengucapkan Gayatri. Sebab gayatri merupakan doa yang mewakiki kerinduan hati/ hrdaya pria dan wanita tanpa ada sekat suku, bangsa, wangsa/ gotra dan gender sepanjang masa. Seseorsng yang mengulang ulang mantra ini akan dapat mengembangkan (kemampuan) akal budi.
Gayatri
OM BHUUR BHUVAH SVAH
TAT SAVITUR VARENYAM
BHARGO DEVASYA DHIIMAHI
DHIYO YO NAH PRACODAYAAT
OM, merupakan Para Brahman 'Tuhan yang Mahabesar. BHUUR:
Bhu loka 'alam fisik'. Ini juga menunjuk tubuh dari lima panca bhuta 'lima unsur'. Kelima unsur ini membentuk prakrti 'alam'. BHUVAH: Bhuva loka 'alam pertengahan'. Bhuva juga merupakan prana sakti. Meskipun demikian prana sakti hanya dapat menghidupkan tubuh karena adanya prajnana.
Karena itulah, maka Weda menyatakan, "Prajnanam Brahma" 'Tuhan merupakan kesadaran yang selalu utuh dan menyeluruh selamanya'.
SVAH:Swarga Loka 'surga tempat para dewa'
TAT: Paramatma 'Tuhan atau Brahman'
SAVITUR: Itu atau Ia yang merupakan asal segala ciptaan ini. V
ARENYAM:patut disembah.
BHARGO:sinar cahaya atau kecemerlangan spiritual, terang yang menganugerahkan kebijaksanaan. DEVASYA, kenyataan Tuhan.
DHIIMAHI, kita bermeditasi.
DHIYO:budi, intelek,
YO: yang
NAH kita,
PRACODAYAAT:menerangi