Ketika Sang Brahmana/Dvijati lalai melaksanakan salah satu dari
kewajiban tersebut diatas, baik disengaja maupun tidak disengaja, utamanya
Surya Sewana dan Gayatri Sadhana, maka sang Brahmana dinyatakan gugur
kebrahmanaanya, sehingga wajib untuk melaksanakan penyucian diri dengan Acamana
Gayatri sebagaimana dijelaskan oleh Brahmarsi Vasistha, Sang Guru Agung Gayatri
Savitri didalam Bhavisya Purana sebagai berikut:
Bhavisya
Purana 3. 57-61
praksalya hastau padau ca
pran mukhodam mukhopi va
upavisya sucau dese
bahun krtva ca daksinam
janvantare mahabaho
brahma sutra samanvitah
susamau caranau krtva
tatha baddha sikho nrpa
na tisthanna ca samjalpams
tatha cana valokayan
na tvaran kupito vapi
tyaktva rajan suduratah
prasannabhis tathad bhistu
acantah sucitamiyat
nosnabhirna saphenabhir
yuktabhih kalusena ca
varnena rasa gandhabhyam
hina bhirna ca bharata
sabud buda bhisca tatha
nacamet pandito nrpa
wahai keturunan bharata yang perkasa, seorang brahmana pertama kali
harus membasuh tangan dan kakinya kemudian duduk bersila padmasana dengan
nyaman, menghadap utara atau timur, harus mengenakan benang suci di pundaknya,
rambutnya harus digelung rapi, tangan kanan ditempatkan dengan sempurna
dibagian kanan badan, selanjutnya melaksanakan acamana dengan air suci yang
bersih, tanpa bicara, tanpa menoleh kesana kemari, tanpa amarah, tidak membagi
perhatian,dengan mengikuti semua langkah/prosedur ini maka seorang brahmana
akan termurnikan/tersucikan, dengan air suci yang digunakan tidak boleh terlalu
panas/hangat, tidak boleh bergelembung atau berbusa, tidak terkena polusi,
tidak berwarna (jernih, bening), tidak berbau busuk
Bhavisya Purana 3.62-65
panca tirthani viprasya
sruyante daksine kare
deva tirtham pitrtirtham
brahma tirtham ca manada
prajapatyam tatha canyat
tathanyat sauamyam ucyate
angustha mulottarato
yeyam rekha mahipate
brahmam tirtham vadantyetad
vasisthadya dvijottamah
kayam kanisthikamule
angulyagre tu daivatam
tarjani angusthayor antah
pitryam tirtham udahrtam
kara madhye sthitam saumyam
prasastam dewa karmani
haruslah dapat dipahami bahwa di tangan kanan seorang brahmana terdapat
5 (lima) tirtha suci, yaitu dewa-tirtha, pitra-tirtha, brahma-tirtha,
prajapati-tirtha, dan saumya-tirtha, menurut guru agung para brahmana yakni
brahmarsi vasistha, garis tangan yang dimulai dari bawah/akar/dasar ibu jari disebut
sebagai brahma-tirtha, garis dibawah/dasar kelingking adalah prajapati-tirtha,
dewa-tirtha terletak diujung atas jari yang terpanjang/tertinggi (biasanya jari
tengah), ditengah antara telunjuk dan ibu jari adalah pitra-tirtha,
saumya-tirtha terletak ditengah-tengah telapak tangan
Bhavisya Purana 3.70-73
ghanangulikaram krtva
ekagrah sumana dvijah
trih krtva yah pivedapo
nihasabda vivarjitah
srnu yatphalamaapnoti
prinati ca yatha suran
prathamam yatpivedapa
rgvedastena trptyati
yadidvatiyam yajurvedastena
prinati bharata
yattrtiyam samavedastena
prinati bharata
prathamam yanmrjedasyam
daksinangusthamulatah
atharvavedah prinati
tena rajannasamsayah
sekarang aku jelaskan kepadamu manfaatnya bagi seorang brahmana yang
perhatiannya tak bercabang, memercikkan tirtha tiga kali dengan telapak
tangannyadengan semua jari tangan merapat, dengan mulut tanpa mengeluarkan
suara dan bagaimana dia memuaskan sang dewata, wahai keturunan bharata, tatkala
dia memercikkan tirtha pertama kalidia menempatkan rg veda, ketika memercikkan
tirtha kedua kali dia menempatkan yajur veda, dan ketika memercikkan tirtha
untuk keempat kalinya dia menempatkan sama veda pada dirinya, oh raja ketika
dia menyeka mulutnya dengan bagian belakang ibu jari tangan kananya maka dia
menempatkan atharva veda pada dirinya
Bhavisya Purana 3.74-75
itihasapuranani
yadidvatiyam pramarjani
yanmurdhanam hi rajendra
abhisincati vai dvijah
tena prinati vai rudram
sikhamalabhya vai rsin
yadaksini calabhate ravih
prinati tena vai
seorang dvijati yang menyeka mulutnya untuk kedua kalinya (dua kali,
doble) telah menempatkan itihasa dan purana pada dirinya, wahai raja, seorang
brahmana yang memercikkan tirtha ke kepalanya kemudian menyentuh ujung lingga
rambutnya / sikha telah menempatkan rudra dan brahmarsi didalam dirinya,
seorang brahmana yang setelah melaksanakan acamana menyentuh matanya maka ia
telah menempatkan dewa surya pada dirinya
Bhavisya Purana 3.76
nasikalambhanad vayum
prinatyeva na samsayah
yacchrotram alabhed vipro
disah prinati tena vai
seorang brahmana yang melaksanakan acamana kemudian menyentuh hidungnya
maka telah menempatkan vayu dalam dirinya, dengan menyentuh telinganya telah
menempatkanpara dewa pada arah berbeda
Bhavisya Purana 3.77
yamam kurevam varunam
vasavam cagnim eva ca
yadvahuman valabhate
etanprinati tena vai
seorang brahmana setelah melaksanakan acamana, menyentuh lengannya telah
menempatkan yama, kuvera, vasu, varuna dan agni pada dirinya
Bhavisya Purana 3.78
yannabhimam valabhate
prananam granthimeva ca
tena prinati rajendra
itiyam vaidiki srutih
seorang brahmana setelah melaksanakan acamana, menyentuh dada dan
pusarnya, telah menempatkan indra raja dari para dewa pada dirinya,inilah
kebenaran dari susatra veda
Bhavisya Purana 3.79-81
abhisancati yatpadau
visnum prinati tena vai
yadbhumi acchadakam
vari visarjayati manada
vasuki pramukhan nagams
tena prinati bharata
yadvindavo’ntare bhumau
patantiha naradhipa
bhutagramam tatastastu
prinantiha caturvidham
angusthena pradesinya
labheta caksini nrpa
seorang brahmana setelah melaksanakan acamana, memercikkan tirtha pada
kedua kaki maka telah menempatkan Vishnu pada dirinya, wahai raja keturunan
bharata, seorang brahmana yang setelah melaksanakan acamana, memercikkan tirtha
ke sekelilingnyatelah menempatkan vasuki dan Aditya, seorang brahmana yang
setelah melaksanakan acamana, memercikkan tirtha ke tanah, telah menempatkan
satu kesatuan catur warna dalam kehidupan ini, setelah itu sang brahmana harus
menyentuh matanya dengan ibu jari dan jari-jarinya
Bhavisya Purana 3.82
anamika angusthikabhyam
nasika malabhen nrpa
madhyama angusthabhyam
mukham samsprsed bharatarsaba
wahai permata dari dynasty bharata, sang brahmana harus menyentuh
hidungnya dengan jari manis dan ibu jari, lalu menyentuh mulutnya dengan jari
tengah dan ibu jari
Bhavisya Purana 3.83
kanisthika angusthakabhyam
karnama labhate nrpa
angulibhis tatha bahum
angusthena tu mangalam
wahai raja, sang brahmana harus menyentuh telinganya dengan kelingking
dan ibu jari, lalu menyentuh lenganya dengan empat ujung jari dan menyentuh
dada dengan ibu jari
Bahvisya Purana 3.84
nabhim kurukulasrestha
sirah sarvabhireva ca
angusthognir mahabaho
prokto vayuh pradesini
wahai yang berbahu perkasa, yang terbaik diantara bangsa kuru, seorang
brahmana harus menyentuh pusar dan kepalanya dengan jari- jarinya, ibu jarinya
adalah agni, telunjuk adalah vayu, jari manis adalah suryadewa, kelingking
adalah indra, jari tengah adalah prajapati
Bhavisya Purana 3.85
evam acamya viprastu
prinati satatam jagat
sarvasca devatas tata
lokamscapi na samsayah
wahai yang terkasih, dengan melaksanakan acamana dengan cara ini,
seorang brahmana telah menempatkan seluruh anggota planet, seluruh isi bumi
beserta seluruh dewa-dewa pada dirinya, tiada terbantahkan hal ini
Seluruh proses acamana tersebut dilakukan dengan pengucapan secara
mental OMkara Gayatri Savitri (didalam hati) dengan mulut sama sekali tidak
bergerak. Inilah proses penyucian diri terbaik dengan acamana melalui tangan
kanan seorang brahmana yang mewakili seluruh dewa-dewa. Dengan acamana dan
OMkara Gayatri Savitri ini sang brahmana senantiasa tersucikan dan terjaga
kesuciannya
Bhavisya
Purana 4.12-13
sruyatamcapi rajendra
yathonkaram dvijor’hati
prakkulan paryupasinah
pavitraiscaiva pavitah
pranayamais tribhih putas
tatastvonkaram arhati
om karalaksanam capi
srnusva kurunandana
wahai putra dynasty kuru, dengarkanlah dengan seksama kenapa seorang
dwijati wajib menchantingkan OM, dengan menchantingkan OM tiga kali selama
pranayama dengan penuh ketekunan, di tempat duduk maupun dipinggir danau
ataupun dipinggir sungai, seorang brahmana akan tersucikan/termurnikan
Bhavisya Purana 4.17
sahasra krtvastvabhyasya
bahiretat trikam dvijah
mahato’pyenaso masat
tvacevahir vimucyate
dengan
duduk nyaman diluar rumah, jika seorang brahmana menchantingkan OM seribu kali
sehari, dalam waktu satu bulan dia akan terbebas dari reaksi dosa terburuk
sekalipun, bagaikan ular yang menanggalkan kulit lamanya (berganti dengan kulit
baru – mekules bahasa bali)
Bhavisya Purana 4.27-31
kuryad anyanna va kuryan
maitro brahmana ucyate
purvam sandhyam japamstisthet
savitri marka darsanat
pascimam tu samasinah
samyagrksa vibhavanat
dinasyadau bhavetpurva
sarvaryadau tatha para
sanaksatra para jneya
apara sadivakara
japams thisthan param
sandhyam naisameno vyapohati
aparam tu samasino
malam hanti divakrtam
nopa tisthati yah purvam
nopaste pascimam nrpa
sa sudravad vahiskaryah
sarvasmad dvijakarmanah
apam samipe niyato
naityakam vidhimasthitah
walaupun seorang brahmana melakukan pekerjaan lainnya atau tidak (selain
pekerjaan/kegiatan sebagai seorang brahmana), dia akan dinyatakan sebagai
seorang brahmana yang tulen/aseli/sebenarnya bila menchantingkan gayatri
savitri, di pagi hari sebelum matahari terbit menchantingkan gayatri savitri
sambil berdiri, menchantingkan gayatri savitri sambil duduk di sore hari
sebelum bintang terlihat di langit, sekali lagi di pagi hari ketika matahari
yterbit dan sekali lagi di sore hari ketika bintang telah nampak, dengan japam
gayatri mantra di pagi hari semua reaksi dosa di siang hari terhapuskan, dengan
japam gayatri savitri di sore hari segala reaksi dosa di malam hari
terhapuskan, wahai rajaku, seorang dvijati yang tidak menchantingkan gayatri
savitri setiap pagi dan sore hari dianggap telah jatuh dari posisinya sebagai
seorang brahmana an tidak lagi mendapatkan keagungan sebagai seorang brahmana,
oleh karenanya haruslah setiap hari menchantingkan gayatri manytra dengan
pikiran terpusat, utamanya dengan duduk didekat sumber air
Sebagai Catatan Penting: Acamana dan chanting OMkara Gayatri Savitri ini
seyogyanya dilakukan setiap waktu ada kesempatan (kapan saja dan dimana saja),
terutama saat bangun tidur atau memulai hari, karena sebagai manusia biasa kita
tidak pernah luput dari kesalahan dan kelalaian.
Shri Anantadamar
Ganachakra