(Bagian Kedua dari Enam Tulisan)
Oleh: Agni Premadas
Dalam konstelasi sosial politik yang mulai menghangat
saat ini, meditasi--yang tidak selalu inheren dengan mistik—dapat dilatih untuk
menyehatkan tubuh fisik dan psikis sekaligus mendamaikan pikiran. Dengan
meditasi, menurut Svami Sathya Narayana, seseorang dilatih berkonsentrasi (avadhana)
agar bisa menetapkan perhatian ke suatu hal (ekagatha). Praktek meditasi
membantu mengkoordinasikan tubuh dan pikiran menjadi lebih efektif, sehingga
bisa mendapatkan keseimbangan mental, ketenangan dan kedamaian batin.
Setiap orang pasti mendambakan hidup sehat dan damai, lepas dari
tekanan-tekanan hidup yang memicu stress. Hidup tenang dan damai adalah impian
setiap insan di muka bumi ini. Oleh karena pikiran merupakan akar permasalahan
stress, penting bagi kita untuk mengendalikannya agar problema yang ada dapat
segera diatasi. Salah satu cara mengendalikan dan menjaga keseimbangan pikiran
adalah dengan bermeditasi.
∞ Sehat Fisik dan Psikis
Berbagai eksprimen seperti yang telah dielaborasi oleh Soeripto,
menunjukkan reaksi organisme manusia terhadap meditasi adalah kebalikan dari
reaksinya terhadap stress, seperti: menenangkan sistem syaraf pusat,
menenangkan denyut jantung, merendahkan tekanan darah hingga 20 % dan
menenangkan pernafasan sampai kurang dari setengah tingkat normalnya. Hal
inilah yang menyebabkan ketika bermeditasi--karena semua proses tubuh dalam
keadaan rileks, akan dapat dinikmati istirahat penuh, lebih dalam dari tidur,
sehingga banyak energi terkumpul untuk aktivitas berikutnya. Kita dapat
merasakan bertambahnya kegesitan fisik dan kejernihan mental, sesuatu yang
jarang bisa diperoleh dengan istirahat biasa.
Pada diri seorang meditator (praktisi meditasi), kadar asetilkholin dalam
darahnya akan konstan. Hal ini akan diikuti oleh proses pengereman aktivitas
serabut otak bawah sadar (hypothalamus), sehinga produksi kathekolamin
(adrenalin dan nonadrenalin) menurun. Disamping itu pacuan yang
terjadi pada saraf simpatis juga akan direm. Asetilkholin dalam darah yang ada
akan lebih banyak digunakan oleh saraf parasimpatis, dengan demikian peranan
saraf parasimpatis akan lebih dominan. Keadaan ini juga menambah penekanan
produksi adrenalin dan nonadrenalin. Berkurangnya katekholamin dalam darah akan
memberikan reaksi kepada meditator untuk menjadi lebih tenang, denyut jantung
menjadi lebih lambat, tekanan darah menjadi stabil. Dalam mengatur keseimbangan
kadar katekholamin darah, enzim oksidase monoamin mempunyai peranan penting.
Jika meditasi berhasil maka enzim ini akan aktif, sehingga kenaikan kadar
katekholamin darah dapat segera diantisipasi.
Telah diketahui pula bahwa insulin dapat menetralkan efek adrenalin. Jika
insulin mempunyai efek dominan maka kadar gula darah akan stabil. Disamping itu
insulin juga dapat mencegah adanya timbunan lipid (kolesterol) dan kerusakan
protein. Pada meditator, pengaruh insulin juga akan dominan, dengan demikian
meditasi akan dapat mencegah terjadinya diabetes melitus, penyakit jantung
serta penyakit pembuluh darah. Adanya protein yang cukup karena perusakan dapat
dicegah, akan menyebabkan kondisi kesehatan terutama daya tahan dan kesembuhan,
serta kondisi tubuh yang prima. Disamping itu, jika aktivitas katekholamin yang
meningkat selalu dapat ditangkal maka kerusakan sel-sel di alat tubuh dapat dihindari,
metabolisme berjalan dengan optimal akibatnya orang akan tetap awet muda (rejuvenasi).
Dari aspek psikis, meditasi terbukti ampuh mencegah dan mengatasi dua jenis
stress sekaligus. Pertama, stress akut/ mendadak yang diakibatkan
gangguan hidup sehari-hari, seperti kemacetan lalu lintas, antrian panjang di
bank/ super market, tetangga yang cerewet atau pun dering telepon yang
membisingkan. Kedua, stress kronis yang diakibatkan dosa masa lalu,
dendam yang terpendam dan penyesalan yang belum terungkapkan.
Bila terdapat rangsangan yang dapat menimbulkan stress maka karena
neurotransmiter yang ada di otak, bekerja menghambat atau memutuskan rangsangan
penyebab stress sehingga rangsangan yang sampai di otak bawah sadar menjadi
kecil atau bahkan dapat dihilangkan. Di samping itu di otak juga dihasilkan
substansi kimiawi yang berkerja identik dengan valium atau obat penenang yaitu
asam isobutirat. Pada meditator, proses tersebut dapat terjadi dengan
intensitas yang lebih besar dari orang yang tidak bermeditasi. Akibatnya,
meditator dapat mencegah sejak dini stress yang terjadi pada dirinya.
Dengan adanya hambatan impuls karena neurotransmiter, dan mengakibatkan
rangsangan yang kecil di otak bawah sadar maka pacuan ke kelenjar hipofise dan
saraf simpatis menjadi sangat kecil, kathekolamin dan lain-lain tidak meningkat
akibatnya gejala stress tidak timbul. Di saraf tepi, bekerja substansi kimia
hasil meditasi yang identik dengan beta-blocker, yang memblokir
simpul-simpul saraf simpatis. Dari adanya proses di saraf pusat, saraf tepi dan
perubahan kimiawi di dalam darah inilah alasan mengapa meditasi diyakini mampu
menjaga kesehatan dan mengatasi stress.
∞ Kedamaian Batin
Disamping dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikis, meditasi juga
berhubungan erat dengan konsentrasi pikiran dan kedamaian batin. Setiap orang
dapat mencapai sukses dalam jabatan atau pekerjaannya hanya dengan konsentrasi
dalam pekerjaan. Bahkan penyelesaian tugas yang paling remeh pun membutuhkan
kualitas konsentrasi. Manusia diberkati dengan pembawaan kekuatan yang tak
terbatas. Tak ada seseorang pun yang tidak memilikinya. Tetapi karena tak
menyadari kebenaran ini, manusia sering tersesat. Untuk mencapai kesadaran akan
kekuatan ini, diperlukan latihan meditasi, bergaul dengan orang-orang yang
suci, serta harus berjuang dengan disiplin spiritual (sadhana).
Pemusatan perhatian dan konsentrasi merupakan hal yang mutlak dalam
meditasi. Hal ini sudah dikembangkan dalam metode sederhana penemuan Maharsi
Mahesh Yogi: Trancendental Meditation (TM), maupun dalam Meditasi Tao atau
latihan Zen di Jepang. Ketiganya memberikan penekanan yang kurang lebih
serupa.
Latihan konsentrasi melalui meditasi juga dapat dilakukan dengan metode
yang dikembangkan oleh Swami Vivekananda. Pertama-tama, praktek meditasi
haruslah melalui satu obyek tertentu sebagai umpan pikiran. Mulailah dengan
pemusatan pikiran misalnya pada satu titik, atau cahaya. Akhirnya,
secara bertahap titik atau cahaya itu tidak terlihat lagi dan kita tidak
menyadari bahwa titik itu ada di hadapan kita. Pikiran tidak ada lagi, tidak
timbul gelombang kerja, segala-galanya merupakan samudra tanpa batas. Apabila
kita sudah sampai pada keadaan ini, pikiran sudah memasuki tingkat kebenaran
yang diluar batas perasaan. Dengan begitu, praktek meditasi sekalipun dengan
sesuatu obyek lahir yang tidak berarti, akan mengarah pada kosentrasi batin (avadhana).
Konsentrasi tersebut diperlukan untuk memahami setiap hal
dengan baik dengan mengarahkan dan menetapkan perhatian/ pikiran ke suatu hal (ekagatha).
Hal ini masih merupakan suatu proses mengendalikan pikiran. Konsentrasi
dalam tugas akan mengembangkan kepercayaan dan harga diri, karena semua
itu merupakan hasil peningkatan kekuatan serta keahlian. Namun, hal ini tak
akan dapat diperoleh tanpa menaklukkan ketagihan atau keinginan duniawi yang
sering mengganggu pikiran.
Para yogi dan pribadi-pribadi agung juga bermeditasi untuk dapat
menguasai kegiatan mental mereka. Mengarahkan pikiran mereka ke jalan yang
benar, serta menetapkan diri merenungkan Tuhan sepanjang waktu (namasmaranam)
hingga akhirnya berhasil menyatu dengan-Nya. Pertama-tama harus ada semacam
kerinduan, kemudian menetapkan tujuan, setelah itu konsentrasi, dan melalui
disiplin yang ketat tercapailah keseimbangan dan kedamaian batin.
Kedamaian batin, ketenangan jiwa dapat dikatakan suatu usaha menciptakan
kepribadian yang satwik dan seimbang. Cara pertama untuk
kedamaian batin adalah ketidakterikatan, sadar akan diri sendiri,
melihat diri sendiri dari “luar” dan tidak terlalu terikat pada orang, benda,
situasi dan jabatan. Ketidakterikatan adalah salah satu teknik mengembangkan
kedamaian batin. Cara kedua, mengusahakan kedamaian bagi sesama,
maka kedamaian yang sama akan menghampiri kita juga. Apa yang kita tanam itulah
yang akan dipetik. Apabila kita menanam kedamaian dalam hati dan pikiran orang
lain, kita akan menuai kedamaian dalam jumlah yang tak terbatas.