RAHWANA ITU JAHAT? Hay
Hay…..Nanti Dulu……..
Be Positive 5.0 ala
Shri Ganachakra
Dalam kisah Ramayana,
di bawah sadar kita sudah terpatri dengan rapi bahwa Rama itu baik dan Rahwana
itu jahat, bagaikan Patung Jendral Besar Sudirman yang senantiasa Hormat,
pokoknya hormat, mau yang lewat Presiden RI, pemulung, orang gila, maupun Raja
Belanda sekalipun gak peduli. Bagaimana dari sisi pikiran positif? Mari kita
lihat dari awal ya hay hay Generasi society 5.0….. generasi penerus milenial
4.0, sebuah system generasi yang digagas di Jepang, yang berbasis masyarakat
teknologi digital yang dipusatkan pada inti “rasa” kehidupan manusia, yang
mengadopsi seluruh teknologi, kecerdasan buatan, big data, IoT (Internet of
Things) dalam kehidupan sehari-hari berpedoman “rasa”. Sebuah aplikasi Yoga
dengan balutan Teknologi digital mutakhir, Society 5.0.
Jauh ke masa silam,
once upon a time di Jaman Satya Yuga si duo kembar Jaya dan Wijaya adalah
raksasa sakti ileng-ileng penjaga gerbang Waikunta Kediaman Mahawishnu, yang sangat
taat dan setia dalam tugasnya. Di Nusantara dikenal sebagai Bomantaka yang
reliefnya selalu menghiasi sisi atas luar-dalam dari kori agung sebuah Pura,
jumlahnya pasti dua (luar satu dan dalam satu) karena memang si kembar sangat
identik tak terpisahkan. Juga diwujudkan sebagai Dwarapala si kembar penjaga
sisi kiri-kanan gerbang. Si kembar Jaya-Wijaya juga disematkan sebagai nama
dari puncak gunung tertinggi Nusantara sebagai gerbang sebelah timur di Papua.
Tak boleh ada
seorangpun yang bisa masuk ke kediaman Maha Wishnu tanpa seijin si duo
Jaya-Wijaya. Suatu saat Catur Kumara Putra Dewa Brahma memaksa masuk tanpa
rekomendasi dari pejabat berwenang, sehingga ditolak oleh si kembar, maka
terjadilah perkelahian yang membahana mengganggu ketenangan Waikunta.
Mahawishnu terganggu melihat keributan tersebut, dan setelah mengetahui bahwa
yang diajak ribut oleh si kembar adalah Catur Kumara, maka Mahawishnu pun minta
maaf kepada Sanghyang Catur Kumara, dengan mempersilahkan Catur Kumara
menghukum si Kembar.
Sang Catur Kumara
memberikan kutukan dengan dua pilihan (hay hay…..mengutuk saja kasih pilihan,
alangkah bijaknya ya….) :
Lahir ke dunia menjadi
orang jahat musuh Awatara Wishnu dalam 3(tiga) kelahiran atau lahir ke dunia
menjadi orang baik sahabat Awatara Wishnu dalam 7(tujuh) kelahiran.
Dikarenakan si kembar
Jaya-Wijaya adalah bhakta Mahawishnu yang sangat taat, sehingga tak ingin
berlama lama jauh dariNya (hehehe macam remaja generasi 5.0 dimabuk CATS –
Crash Arena Turbo Stars), si kembar serentak dan penuh semangat yang sangat
meyakinkan mereka memilih kutukan nomor 01 (bukan Jokowi yaaaa) Lahir ke
dunia menjadi orang jahat musuh Awatara Wishnu dalam 3(tiga) kelahiran.
Nah lho……saking
bhaktinya kepada Mahavishnu yang tak ketulungan hebatnya, mereka rela menjadi
orang jahat demi untuk cepat kembali menjadi pelayan kaki Padma
Mahanarayana….ckckckck ruarrr biasa sobat….
Pada kelahiran pertama
si kembar menjadi Hiranyakasipu – Hiranyakasa pada era Satya Yuga, yang dibunuh
oleh Waraha - Awatara Wishnu sebagai babi hutan yang menyelamatkan dunia dari
bahaya banjir besar.
Pada kelahiran kedua si
kembar di era Kertha Yuga menjadi Rahwana – Kumbakarna, yang dibunuh oleh
Awatara Wishnu sebagai Shri Rama.
Pada kelahiran ketiga
di era Dwapara Yuga si kembar menjadi Sisupala – Dantawakra, yang dibunuh
oleh Awatara Wishnu sebagai Shri Krishna.
Sehingga cukuplah sudah
masa hukuman dan kutukan Jaya-Wijaya dalam tiga kelahiran dan kembali ke
Waikunta untuk melanjutkan Bhakti kepada Mahavishnu Narayana yang sangat dikasihinya.
Jaya-Rahwana-Sisupala
telah lahir tiga kali ke dunia hanya untuk menjadi orang jahat yang memusuhi
Awatara Wishnu dengan tujuan agar bisa cepat kembali ke Waikunta, agar bisa
cepat kembali bersujud bhakti di kaki Padma Mahavishnu selama lamanya.
Sampai di titik
ini…….jahatkah Rahwana??? Atau hanya menjalankan peran sebagai orang jahat???
Atau sengaja menjadi orang jahat agar segera kembali ke Waikuntha???
Renungkanlah secara
mendalam…..sedalam dalamnya……jangan bertengkar, jangan bersilang pendapat,
jangan gontok gontokan……..karena kita semua adalah Society 5.0 yang
mengutamakan “kecerdasan rasa” sebagai manusia sejati.
Mari kembali ke kisah
kelahiran kedua sebagai Rahwana, raksasa (yang katanya jahat) tanpa tanding,
yang memiliki semangat tapas yang sangat kuat hingga Dewa Brahma luluh dan
memberkati dengan ilmu AgniMurthi tingkat tinggi, belum lagi ilmu malih rupa
yang sangat kesohor di seantero Jambudwipa.
Rahwana sangat kagum
dengan kecantikan Dewi Shinta terutama keindahan tingkah lakunya yang
mempesona, tak terima manakala seisi Istana yang dimabuk kasta yang menyatakan
bahwa Dewi Shinta dipungut dari peti dalam tanah oleh Raja Janaka, bukan dari
warna Ksatrya aseli sehingga tidak layak menyandang gelar Permaisuri terhormat.
Rahwana marah dan dengan meraung memberikan protes keras membahana (mirip salah
satu adegan Rapat di Wantilan Pura Besakih pada era Kali Yuga), membela Shinta
bahwa memang benar Sang Dewi dipungut dari dalam tanah, tetapi kan tanah itu
sebelumnya telah ditaburi oleh api agnihotra yang suci dalam sebuah upacara
suci membajak tanah, dan alat bajaknya menyentuh peti yang ternyata berisi bayi
mungil cantik (bukan cantik mungil karena artinya beda yaaa) yang kemudian
diberi nama Dewi Shinta. Bagi Rahwana, Dewi Shinta itu suci bahkan lebih suci
dari para Ksatrya seisi istana karena didapat dari upacara suci. Begitulah Sang
Rahwana menghormati wanita, dia tau betul bagaimana memposisikan wanita di
tempat terhormat sebagaimana banyak diuraikan didalam Bhavisya Purana dan Manu
Smrti yang jumlahnya lebih 80 sloka yang memuliakan wanita dalam ajaran Dharma.
Namun seisi istana tetap keukeuh bahwa Shinta tak layak menjadi permaisuri,
Sang Rama hanya bisa tertegun tak berdaya. Alhasil…..Rahwana nekat menculiknya
dan membawanya pergi, menyembunyikanya, dengan dalih membela harkat martabat
kemuliaan sang dewi pujaan hati. Pada titik ini tentunya itu adalah merupakan
kesalahan besar, istri orang kok diculik, istri raja pula. Jangan diculiklah,
minta saja baik-baik, pasti tidak dikasih.
Hilangnya Shinta
memunculkan sifat heroik ksatrya Shri Rama, pasukan digelar, Shinta dicari,
perang tak terelakkan dengan terbunuhnya Rahwana oleh ajian sakti Aditya
Hrdaya, yang diwariskan oleh Dewa Brahma melalui Maharsi Agastya, yang
merupakan cikal bakal perguruan Suryaagni Prajapati dari generasi Shri Rama
hingga saat ini dilestarikan di Pulau Lombok oleh seorang Guru Sakti katanya,
sebagian lagi menyebutnya Guru Besar, apalah itu yang jelas dia itu orang gila
(baca: orang berbeda) yang sudah 23 tahun lamanya dibelenggu khayalan untuk
menjadikan danau Segara Anak di puncak Gunung Rinjani sebagai kekasihnya. Entah
apa maksudnya, namanya juga “orang berbeda”…… Demikianlah seorang IBM Palgunadi
saintis Hindu kesohor yang mendapat Gelar Doktor Lontar Bali di Leiden negeri
Belanda menuturkan (jangan panggil orang gila tapi orang berbeda). Sungguh
sebuah mahakarya rasa yang adiluhung dari Sang Pencipta. Selamat jalan kawan,
begitu mudanya engkau pergi ke gumi wayah, belumlah selesai perjuangan
ini….semoga kita bertemu di episode selanjutnya…..
“Horeeeeee Shinta
kembali” kata rakyat……semua bersuka cita, Dharma telah menang melawan
Adharma,,,, Rama-Shinta disambut jutaan dipam, lebay ah…… ribuan dipam, yang
gemerlapan sehingga menjadi tradisi turun temurun Hari Raya Dipawali hingga
saat ini, yang sudah diakui Pemerintah RI sebagai Libur Fakultatif Umat Hindu
Nusantara. Walaupun Pemerintah RI sudah mengakui tapi masih saja banyak Pihak
Umat Hindu sendiri yang tak terima dengan mengatakan Keindia-indiaan lah, budaya
asing lah, pokoknya macem dah yang penting ribut dengan sesama,,,,,cape deh
guys…..kita ini belum siap dengan perbedaan……ternyata oh ternyata……….
Dengan kebahagiaan yang
tampaknya happy ending, Maharsi Walmiki telah bersiap siap untuk menutup kisah
Ramayana dengan Purnamadah Purnamidam yang sangat terkenal itu, taapiiiiiiii
Maharsi Naradha turun menghampiri “wahai Maharsi Walmiki yang hebat, mohon
jangan ditutup dulu ya kisah ini karena Lila Dewata belum beakhir sampai
disini”
Sang Rsi tertegun
ganduh galuna alias galau, apa gerangan Lila Dewata yang akan digelar
dihadapannya.
Ternyata sobat…..
Shinta hamil………….siapa yang buaaat???? Waduuuuh berfikir keras Rsi Walmiki
melanjutkan Kisah Ramayana ini, Sandiwara Kehidupan dari Para Dewata Agung
memang sangat komplek tak bisa diterka setinggi apa, sedalam apa dan sejauh
mana, semua serba rahasia, bisa datang kapan saja, bisa menerpa siapa saja, tak
peduli semut-semut berbaris didinding menatapku curiga sedang apa disini
(menunggu pacar jawab Obie Mesakh di era Kali Yuga).
Dua tahun ditawan
Rahwana kok pulang-pulang hamil. Pergunjingan rakyat tiada henti dan lagi-lagi
Sang Ksatrya Rama mengulangi kebiasaanya tertegun saja dan mengiyakan Dewi
Shinta dihukum kedalam hutan selama 14 tahun,,,,waw 14 tahun bro…!!! bisa
berapa episode Drama Korea itu.
Dalam pengasingan, Dewi
Shinta dirawat oleh Maharsi Walmiki dengan nama samaran Sri Lakhsmi dan dijaga
oleh Anoman yang juga menyamar menjadi kera kecil yang Rsi Walmiki lupa ngasih
nama, sehingga bisa kita sebut Anoman Jr (Junior), hingga Lakhsmi melahirkan
anak kembar yang bernama Lawa dan Kusa, yang selanjutnya juga menjadi anak asuh
Maharsi Walmiki yang mewarisi segala kesaktian Sang Rsi.
Bagaimana denga Shri
Rama? Bahagiakah dia di kemewahan istana? Benarkah tindakanya dengan menghukum
Shinta kekasih hatinya? Kok tega sih walaupun demi rakyat?
Secara hukum kerajaan
amka tindakan Shri Rama dapat dibenarkan, namun secara Hukum Agama tidak
dibenarkan, karena dia telah kehilangan sathya telah kehilangan rasa hormat
untuk kemuliaan wanita. Apa yang seharusnya dilakukan? Harusnya setelah Shinta
dihukum 14 tahun didalam hutan, maka Shri Rama juga harus meletakkan jabatanya
sebagai Raja dan menjalani kehidupan sebagai Sanyasin didalam hutan walaupun
tidak bersama Shinta, setidaknya dia menjalankan sifat Sathya menghormati
kemuliaan wanita.
So,,,,Rama saja yang
penjelmaan Wishnu bisa salah apalagi Rahwana yang penjelmaan Raksasa. Kenapa
masing-masing individu senantiasa memiliki sisi baik/benar dan sisi buruk/salah
dalam kehidupannya? Walaupun dia itu adalah penjelmaan Dewa sekalipun? Itu
karena kita semua tunduk kepada Hukum Panca Maha Bhuta dan Hukum Tantra
Mahakala. Selama sang jiwaatma diselubungi badan kasar, selama itu akan
dikuasai hukum perputaran waktu dan tunduk kepada hukum material. Bagaimana
untuk melepaskannya? Mati saja…. Apa ada cara lain? Ada, yaitu mati saja (dalam
keadaan hidup).
Bagaimana caranya??
Baca dan pahami Bhagavadgita dan Yoga Sutra dengan “rasa” jangan sekali kali
dengan kehebatan intelegensia umum, karena hanya akan menimbulkan ego, kenali
Sang Jiwa atma didalam diri.
Bagaimana mendapatkan
Bhagavadgita? Banyak secara online maupun hard copy, karena merupakan Kitab
Suci Hindu yang terpopuler saat ini.
Bagaimana mendapatkan
Yoga Sutra? Kunjungi saja www.vedaposhana-ashram.com atau tunggu tanggal
mainnya, dwd (dalam waktu dekat) akan terbit dalam bentuk buku karya Shri
Ganachakra.
Dusss bagaimana
kesimpulan tentang Rahwana?? Dia jahat apa baik ??
Be positive,,,,,dengan
pikiran senantiasa positif akan lahir “kasih” dan dengan kasih akan lahir
semuanya baik sajalah
Apa yang lahir dengan
kasih??
Baik Sajalah…….
Serve All Love All kata
Sai Baba, Ahimsa kata Mahatma Gandhi, Kasih Tiada Henti kata Bunda Teresha,
Saudaraku yang Baik kata Jalaludin Rumi, Tradisi Kasih kata Ketum VPA Bhagavan
Yogananda, Semua sama dimata Bapa kata Sang Swargia Ida Pedanda Nabe Gde Ketut
Sebali Tianyar Arimbawa.
Semuanya baik kok,
asalkan dilihat dari sisi positif, sebaik apapun kalau dilihat dari sisi
negatif akan menjadi buruk dan senantiasa salah sebagaimana cerita sepasang
pengantin dan kudanya.
Opsi-1 : Suami jalan
istri naek kuda (orang akan bilang suami takut istri xixixixi)
Opsi-2 : Suami naek
kuda istri jalan (orang akan bilang suami tak punya perasaan, istri kok
dibiarin jalan sih)
Opsi-3 : Suami dan
istri keduanya naek kuda (orang akan bilang dasar tidak punya perasaan, kasihan
kudanya menanggung beban yang berat)
Opsi-4 : Suami dan
istri jalan, kudanya didandanin (orang akan bilang goblok banget sih punya kuda
kok gak dimanfaatkan).
Semua salah kan kalau
dari sisi pikiran negatif?
Jadi, walau ada orang
jahat dan orang baik tetaplah be positive, jangan terlalu membenci orang jahat
dan jangan terlalu menyanjung orang baik, bersikaplah normal, netral dan selalu
positif.
Marilah kawan kita
kembangkan sisi positif, walaupun dia seorang Rahwana yang katanya jahat,
ambilah sisi positifnya, pasti ada kawan pasti ada, percayalah pasti ada, kalau
tidak ada silahkan kirim nota protes atau somasi kepada Dewata Agung kenapa
menciptakan orang jahat, kalau Dewata Agung mau kan bisa saja menciptakan 100%
orang baik. Apa iya atau iya apa?? Ciyus??
Mari kita renungkan
dengan rasa……..
Sudah jam 02’00
waktunya Jihva/Amrtha Muhurta pukul 02’00 – 02’48 mari kita Sujud Bhakti di
kaki Padma kemuliaan Dewata Agung Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Lombok, Penghujung
Januari 2019
Catatan Sendu Kekasih
Waktu
Shri
Anantadamar Ganachakra