Oleh: Agni Premadas[1]
Pendidikan yang
sempurna adalah membangkitkan sifat-sifat diri kita sendiri yang terbaik.
Jangan katakan diri anda buruk, katakanlah bahwa anda baik, tapi jadilah lebih
baik.
Anda harus bersikap
praktis dalam berbagai bidang pekerjaan. Seluruh negeri telah dihancurkan oleh
terlalu banyak teori.
(Mahatma
Gandhi dan Svami Vivekananda)
Kata pendidikan (education) berasal dari kata educare.
Pendidikan berarti memperoleh informasi dari luar, sedangkan educare berarti
mengeluarkan atau menambah hal yang berada di dalam. Manusia, menurut Svami
Sathya Narayana, harus menampilkan sifat-sifat suci yang terpendam di dalam
hatinya dan mengamalkannya. Pendidikan duniawi semuanya berkaitan dengan
kepala, logika, rasionalitas. Akan tetapi, nilai-nilai kemanusiaan seperti
welas asih, kesabaran, dan kejujuran yang berasal dari hati tidak berubah. Yang
dipenuhi dengan daya ‘welas asih’ adalah hridaya ‘hati’. Hridaya
adalah sumber kebahagiaan jiwa.
Pengetahuan adalah
akal sehat; kesadaran adalah hidup. Pendidikan zaman sekarang mengembangkan
kecerdasan dan keterampilan, tetapi hampir tidak ada usaha untuk mengembangkan
kesadaran dan sifat-sifat yang baik. Apakah gunanya seluruh pengetahuan di
dunia bila manusia tidak mempunyai karakter yang baik ? Hal itu seperti air yang
mengalir ke dalam selokan. Tidak ada gunanya bila pengetahuan bertambah
sementara keinginan dan hawa nafsu berlipat ganda. Ini hanya akan membuat orang
tersebut menjadi pahlawan dalam ucapan dan nol dalam perbuatan.
Pendidikan yang dimaksudkan untuk memperoleh pekerjaan dan uang adalah
gagasan keliru. Satu-satunya tujuan pendidikan adalah untuk memperoleh sifat
dan watak yang luhur (moralitas), seperti: viveka, vairagya dan vichakshana
untuk memantapkan kedamaian, kebenaran, dan darma dengan mengembangkan cinta
kasih. Uang datang dan pergi; moralitas datang dan tumbuh. Pendidikan untuk
seumur hidup bukan untuk sekedar hidup. Pendidikan itu untuk hidup bukan untuk
penghidupan. Cara hidup jauh lebih penting daripada tingkat kehidupan.
Pendidikan sejati membantu meningkatkan welas asih serta kasih dan akhirnya
membawa manusia menuju Tuhan. Pendidikan semacam itulah yang kini dibutuhkan.
Tidak diragukan
lagi, pendidikan duniawi itu penting. Akan tetapi, seiring dengan pendidikan
sekuler, manusia juga harus memperoleh pendidikan moral dan spiritual. Tanpa
pendidikan moral dan spiritual, manusia tidak akan pernah mencapai kedamaian.
Pendidikan duniawi tanpa pendidikan spiritual tidak ada gunanya, itu dapat
diibaratkan dengan layang-layang yang putus talinya.
Pendidikan modern sekarang sudah menjadi artifisial. Sesungguhnya, wacana
spiritualitas mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai tiga aspek kepribadian: Pertama,
bagaimana kita berpikir tentang diri kita; kedua, bagaimana orang lain
berpikir tentang diri kita; dan yang ketiga, bagaimana kita yang
sebenarnya. Jadi jelaslah apa yang kita coba pelajari, bagaimana kita berpikir
tentang diri kita, bukan pula bagaimana orang lain berpikir tentang diri kita,
akan tetapi bagaimana kita yang sebenarnya. Untuk mengetahui siapa kita
sebenarnya, kita harus menoleh pada diri kita sendiri (inward looking).
Pendidikan yang benar menanamkan sifat-sifat dalam diri siswa-mahasiswa
seperti: kejujuran, bakti, disiplin, welas asih, dan rasa tanggung jawab. Apa
gunanya orang cerdas dan genius, tetapi tidak mempunyai sifat-sifat yang baik
?.Sekedar kecerdasan belumlah cukup. Kecerdasan harus diiringi dengan
kebajikan.
Sejak pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi, segala sesuatu
dihubungkan dengan uang. Karena jumlah uang yang sangat besar harus dikeluarkan
untuk masuk fakultas favorit, seperti kedokteran atau informatika, maka orang
menempuh berbagai cara yang tidak halal guna memperoleh kembali uang tersebut.
Semua ini sangat keliru. Tidak perlu mengeluarkan uang seperti itu dan juga
tidak patut berusaha mendapatkan lagi uang yang diinvestasikan (dalam
pendidikan) dengan cara-cara yang tidak halal. Orang semacam itu tidak bisa
disebut terpelajar dalam arti yang sesungguhnya. Svami Sathya Narayana,
menegaskan tidak mungkinkah engkau hidup dengan pendidikan apa saja yang
kauperoleh ? Tuhan telah menganugerahkan dua tangan dan satu perut kepadamu.
Tidak cukupkah dua tangan untuk mengisi satu perut ? Apakah engkau lahir
sebagai manusia hanya untuk mengisi perut ? Tidakkah kaulihat burung dan
margasatwa juga melakukannya ? Daripada sepanjang waktu cemas memikirkan
masalah mengisi perut, isilah manasmu dengan pikiran yang murni dan
suci.
Pendidikan (baru) menjadi lengkap bila siswa-mahasiswa bersih sepenuhnya
lahir batin. Pendidikan hendaknya menjadikan seseorang memiliki tangan Yesus,
hati Sang Buddha dan kepala Konghucu, ini menjadikan manusia sejati. Pendidikan
demikian menanamkam kerendahan hati; kerendahan hati membuat seseorang dapat
dipercaya; sifat dapat dipercaya menyebabkan orang itu menjadi kaya; kekayaan
membuat ia dapat beramal dan mengakibatkan kegembiraan serta kedamaian batin.
Beberapa orang berkata bahwa pengetahuan adalah kekuasaan, tetapi pernyataan
itu tidak benar. Svami Sathya Narayana menyatakan, karakter adalah kekuasaan.
Bahkan untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan karakter yang baik.
[1] Ketua
Litbang Veda Poshana Ashram, Ketua Yayasan Dvipantara Samskrtam dan Dosen
Universitas Warmadewa Denpasar