oleh : Pandita Acharya Brahma Murti
Api yang merupakan gejala alam yang sangat penting untuk menopang kehidupan, dan memiliki dewa khusus, yakni Dewa Agni, yang pada saat lain juga dipuja sebagai; Dewa Brahma, Surya, dan sebagainya. Dalam Wana Parwa,Yudistira menyampaikan, bahwa Agni adalah tamu bagi semua makhluk hidup (atithih sarvabhutandm agniti) dan persembahan susu sapi ke dalam api homa sebagai dharma yang abadi (somo gavamrtam sanatano'mrto dharmah). Kata atithi di dalam bahasa sanskrta menunjukkan tamu yang harus dihormati secara sopan dengan mempersembahkan makanan.
Agni dikatakan menjadi tamu bagi semua makhluk hidup berdasarkan kenyataan menurut veda, mempersembahkan susu sapi, minyak ghee, dan sebagainya kepada api dilaksanakan untuk mendatangkan mendung dan menurunkan hujan. Air hujan dimanfaatkan oleh tumbuh- tumbuhan untuk bertumbuh kembang, yang akan menjadi sumber makanan bagi binatang dan manusia. Agni menjadi tamu karena beliau alah obyek pemujaan. Lebih lanjut dijelaskan, ” yo'gnihotraparo dantah sa brahmana iti smrtah” (ia yang melaksanakan agnihotra dan telah berhasil mengendalikan indriya-indriyanya adalah seorang brahmana). Dijelaskan pula, pelaku agnihotra senantiasa menyucikan pikirannya dan memperkaya spiritualnya, tidak pernah memiliki niat sedikitpun dalam; pikiran, perkataan, dan perbuatan -nya untuk melakukan kekerasan kepada orang dan makhluk lain.
- Purohita. Dewa Agni sebagai purohita, mantra pertama dalam Rgveda menyebut, “agnimde purohitam yajhasya deva rtvijam hotaram ratnadhatamam” (Rgveda 1.1.1), artinya, Oh Dewa Agni, Engkau pendeta utama (purohita), dewa pelaksana yajha, kami memujaMu, Engkaulah pemberi berkah yang utama. Mengingat fungsi Dewa Agni sebagai purohita, maka para pendeta dalam memimpin upacara menyalakan api pengetahuannya (jnanagni) dan mewujudkan diri sebagai Siva Raditya.
- Perantara pemuja dengan Istadewata-nya. Api memiliki kekuatan bersumber dari Matahari untuk membakar bahan-bahan persembahan dan menyampaikan pesan bhakti para bhakta kepada dewa pujaannya. Asap api yang membumbung tinggi ke angkasa dengan bau harum menyan (lambang Siva), majagau (lambang Sada Siva), serta cendana (lambang Parama Siva), akan memberi efek menenangkan bagi para pemuja. Karena itu ritual dengan menggunakan persembahan ke dalam api suci (tanpa disadari) akan menjadi aromatheraphy bagi para pelakunya.
- Pengusir roh-roh jahat. Kehadiran Dewa Agni sebagai pengusir roh-roh jahat (di Bali) diwujudkan dalam upakara Bhuta Yajha dalam bentuk, api takep, api tatimpug, api prakpak, api tabunan, dan api linting. Api takep sebagai lambang pengendalian nafsu-nafsu kebinatangan, dipergunakan untuk melengkapi segehan. Api tetimpug dengan tiga kali ledakannya, dipergunakan untuk memanggil bhuta kala, mempersilahkannya menyantap lelabahan, dan akhirnya dipersilahkan pergi setelah di somya. Jika tidak pergi maka akan diusir paksa dengan api prakpak. Api tabunan dipergunakan untuk memutuskan ikatan roh seseorang dengan darah yang tercecer pada saat mengalami kecelakaan, disamping untuk mencegah perubahan darah tersebut menjadi roh-roh jahat. Berkaitan dengan fungsi Dewa Agni sebagai pengusir roh-roh jahat, Rgveda 1.12.5 menyebutkan; “grtahavana didivah prati sma risato daha agne tvamraksasvinah”. Artinya; O, Agni yang bercahaya kepadaMu disiapkan minyak suci menyala. Tumpaslah musuh-musuh kami yang dilindungi oleh kekuatan jahat. Berkaitan dengan pengusiran roh-roh jahat yang menguasai tri bhuwana, (di Bali) para pendeta pada saat memimpin ritual secara kolaboratif (menurut Lontar Eka Pratama), berbagi fungsi menjadi Sang Katrini Katon sebagai putra dari Brahma Aji, meliputi;
a. Sang Siwa, bersenjatakan agni anglayang menyucikan angkasa (svahloka),
b. Sang Bodha, dengan agni sinararasa menyucikan alam leluhur (bvahloka),
c. Sang Rsi Pujangga, dengan agni sara menyucikan alam manusia (bhur loka).
- Penyucian dan pemralina. Api memiliki kekuatan untuk menghilangkan kotoran jasmani. Api digunakan untuk melelehkan bijih besi (batuan) dan menghilangkanmkotoran yang ada di dalamnya. Karat besi juga hilang dengan cara membakar dan menempanya. Bahkan, bahan-bahan plastik-pun didaur ulang dengan menggunakan api. Fenomena ini menunjukkan, bahwa api mempunyai kemampuan untuk melunakkan, membersihkan dan bahkan memusnahkannya. Kekuatan penyucian dan pemralina yang dimiliki oleh api, sebabnya api digunakan sebagai media utama pada kremasi jenasah (ngaben), dan prosesi penyucian pengantin pada acara wiwaha samskara.
- Saksi dalam upacara. Selama ini dupa dan dipa dalam upacara digunakan sebagai upasaksi; dan saksi yang paling utama adalah api maha besar nan abadi yang ada di alam semesta (surya raditya). Atas dasar itu, setiap melakukan puja kramaning sembah selalu diawali dengan permohonan upasaksi kehadapan Sang Hyang Surya (Dewa Matahari). Mengingat pentingnya kehadiran Dewa Surya dalam upacara yajna, maka Beliau dibuatkan sanggar sementara yang disebut Sanggar Surya.
- Penerang lahir batin. Pada malam hari (ketika tidak ada sinar matahari) api-lah yang menjadi sumber cahaya. Api mampu menerangi dunia karena api memiliki kekuatan dan energi spiritual (dewa) yang menggerakkannya. Penerangan fisik (lahir/sekala) mendorong munculnya penerangan spirit (batin/niskala). Keyakinan terhadap veda juga terbangun lewat pemujaan kepada Dewa Agni. Dalam Rgveda X.151.1, disebutkan; “sraddhaya agnih samidhyate, sraddhaya huyate havih, sraddham bhagasya murdhani vacasa vedayamasi”. Artinya; upacara agnihotra dilandasi keyakinan, persembahan mentega dilandasi keyakinan, dan Tuhan-pun dipuja dengan keyakinan. Akhirnya dengan keyakinan kesejahteraan akan terwujud. Dalam fungsinya sebagai penerang batin, api sering disejajarkan dengan ilmu pengetahauan (veda) yang menjadi penerang (suluh) jiwa dalam menjalani kehidupan ini.
- Sumber energi. Dewa Agni dalam Rgveda, atau Dewa Brahma dalam Purana adalah manifestasi Tuhan pada saat menciptakan alam semesta beserta isinya. Agar mampu mencipta perlu mempunyai pengetahuan, sehingga kekuatan (shakti) Beliau dinamakan Dewi Saraswati (Sang Dewi Ilmu Pengetahuan). Beliau juga harus mempunyai pandangan yang luas sehingga dapat melihat ke segala penjuru (Catur Muka), dan mempunyai energi. Energi-lah yang menjadi prasyarat keberlangsungan proses di alam semesta ini. Khusus untuk kehidupan di Bumi, sumber energi yang paling utama adalah api dari Matahari.
oleh : Pandita Acharya Brahma Murti