Ida Pandita Agni Acharya Rishi
Sadhu Giriramananda
Ibu Alam Semesta, Parwati suatu
saat bertanya kepada suaminya Shiva. Dari berjenis jenis ritual yang ada di
jagat raya ini prosesi pemujaan apa yang terbaik
alias paling disenangi dan berkahnya tanpa batas , sangat mudah
mewujudkan Mukti/ Moksah itu sendiri. ?. Demikian rasa ingin tahu
Parwati pada suatu moment di tempat kediamannya Gunung Kailash. Shiva dengan
penuh kasih menjawabnya. “Ritual yang sangat Kusenangi adalah Shivaratri,”
demikian kata Shiva Mahadewa. Itulah anugerah luar biasa Shiva kepada
para Baktanya , walaka , yogi, muni, shadu, shidda, kaum Natha , Wiku, Pandita,
Sulinggih. Lebih lebih shadaka yang ada di Bali sejatinya benar
benar sangat diberkati. Sebab, selama setahun kita bisa menjalankan
dua kali ritual Shivaratri itu. Pertama sehari sebelum tilem kepitu yang
saat ini bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu Kliwon wuku
Kuningan, 5 Januari mendatang. Dan yang kedua, perayaan
Mahasivaratri yang dirayakan warga India, pada 4 Maret 2019. Anugerah
menjalani ritual Shivaratri, dari Shiva Bolenath itu memang benar benar tanpa
batas. Mengutip Padma Purana, berkah shadana shivaratri, bukan saja
Bhukti - kesejahteraan memperlancar aliran kehidupan, tetapi juga Mukti -
terwujudnya goal tertinggi kelahiran kita sebagai manusia yakni
liberation, salvation yang dikenal dengan moksah. Ritual shivaratri itu
sebetulnya tidak ribet. Sebab, hanya berpuasa / upuwasa selama 24
jam, jika lebih malah baik selain itu juga melakukan jagra - melek,
begadang pada malam harinya. Beliau Shiva, sangat disenangkan jika
pada moment suci shiva itu dipersembahkan daun bilwa. Persembahan daun
bilwa itu jauh lebih bernilai dibandingkan emas, perak, permata dll. Pada
saat jagra, malam hari itu dibagi 4 prahara atau yama. Masing masing
prahara durasi waktunya 3 jam. Jadi ketika waktu itu datang
dilakukan abhiseka kepada LINGGAYONI, yang sesungguhnya merupkan wujud
niskala Mahadewa. Abhiseka pada prahara pertama dipersembahkan susu.
Kemudian pada prahara kedua dipersembahkan dadih susu alias
yogurt, prahara ketiga mentega murni alias ghee, dan prahara keempat madu/ bisa
juga amritam air tebu. Setelah ritual itu selesai dilanjutkan memberikan
Prasadham/ makanan kepada Brahmana, lebih dulu. Menghaturkan makanan pertama
kali kepada guru / sang wiku, sebelum kita sendiri lakukan buka puasa.
“Tidak ada ritual sederhana yang dijalani dengan kesucian pada
shivaratri itu dapat melebihi shadana kepada Ku” kata Shiva kepada
Parwati.
Kitab Padma Purana
Membicarakan “berkah”
Mahadewa tentang misteri Shivaratri, sangat indah dan memikat hati.
Apalagi dengan sradha yang tinggi hakekat shivaratri itu
direnungkan. Kisah Shivaratri itu, juga dijelaskan Purohito Kerajaan
Brahmarishi Wasistha kepada Raja Dilipa. Kisah itu dikaitkan seorang Pulina
atau Nisadha/ pemburu yang berhasil “melampui” kekuasaan Dewa Yama. Cerita ini
di Bali dikenal sosok “Lubdaka” yang mendapatkan anugerah luar
biasa dari Shankara, berkat brata/ ritual Shivaratri, walaupun yang bersangkutan
tidak menyadarinya saat itu benar benar hari suci penuh berkah Shiva. Nah ..
betapa lebih luar biasanya para Shadaka , yogi Shiva , yang benar benar sadar
dan menjalankan brata itu dengan kesucian, ketulusan. Berata
shivaratri , itu ditegaskan Brahmarishi Wasistha, sebagai yang paling
utama diantara segala brata. Diibaratkan, sebagai Mahameru / Kailash diantara
Gunung. Matahari diantara yang bersinar. Pertapa diantara mahluk berkaki
dua. Gayatri diantara semua mantram - mantra Weda. Amritam diantara zat-
zat cair. Wisnu, diantara laki laki. Dan Arundati diantara wanita.
Pada suatu kesempatan, Dewi
Parwati inggin tahu jenis brata apa yang paling utama, dapat memberikan
kenikmatan/ kesejahteraan / Bhukti sekaligus kebebasan / Mukti. Dengan
shadana itu ketika didengarkan dengan bhakti, akan menghilangkan
segala papa/ penderitaan itu? Shiva dengan penuh kasih menjelaskan. -
Srnu devi vratam guhyam vratanam uttamotaman/ yan na kasyacid akhatam rahasyam
muktidayakam - terjemahan bebasnya, “ Dewi dengarkanlah brata/ vrata yang
paling utama dan rahasiya yang belum pernah diceritakan kepada siapapun. Brata
itu yang merupakan satu misteri berkah luar biasa , garansi memberikan
“pembebasan”. Kemudian, Mahadewa menuturkan satu kisah, yang disebutkan sebagai
kisah Purba alias Paurana. Dewi Parwati, kembali bertanya lagi , setelah kisah
seorang Sabara dan apa yang dilakukan Jiwitesa, lalu apa sesungguhnya
suamiku yang dapat dipetik dari brata itu? . Shiva meyakinkan “ jivaghati ca
sabarah shivaratyam upositah/ abhudipurvam devesi ganapatyam avapgavan/
shraddhayabhipsaya pritya bhitya ca hradeya va / krtva ca jagaram ratrau
mucyate sarvakilbisaih” artinya - Shabara si pembunuh itu berpuasa
pada malam shiva tanpa pengetahuan terlebih dahulu. Dia akhirnya menjadi
Ganapatya - setara Gana. Bila shadaka, bhakta , walaka melakukan brata ini
dengan kepercayaan, kerinduan, kenikmatan, dan penyerahan diri sepenuh hati -
total surrender maka akan dicapainya kebebasan dari semua dosa. Dijelaskan pula
Mahadewa, tentang keunggulan brata Shivaratri yang suci penuh berkah itu
anugerahkan 1000 Chandrayana atau 100 Prajapati. Dengan Brata ini juga
sekaligus memperoleh pahala semua yadnya yakni, tapa, dana, tirtayatra dan
belajar Weda. Pahala tapa yang strike setiap hari selama
setahun, buahnya hanya sepertiga dari pahala menjalankan Shivaratri yang
hanya sehari. Lebih dashyatnya, menghapuskan papa yang telah menyusup pada
tulang dan sumsum dipenjelmaan terdahulu. “”asthimajjagatam sarva janmantarair
api” Karena itu, siapapun yang puasa pada siang dan malam
Shivaratri, yang merupakan pelebur Kali dan juga mengacaukan Kekuasaan
Dewa Yama, selain mendapatkan “Bhukti” dan “Mukti” mereka juga akan terbebaskan
dari punarbawa - kelahiran dan kematian itu sendiri. Bahkan Brahmarishi
Wasistha menegaskan kepada Raja Dilipa, mereka yang sadar menjalankan Brata
Shivaratri dengan pengertian, srada, total surender - maka akan dikenal sebagai
Sadhashiva. Keunggulan brata shivaratri ini, bukan saja karena Shiva sendiri
yang menceritrakan kepada Parwati di hadapan para dewa. Bukan karena Brahma dan
dewa lainnya, melakukan brata tersebut, tetapi karena “Dimana saja Shiva dipuja
bersamaan dengan Dewi Parwati. Maka di sana Para Dewa bersama Para Gandarwa,
Kingkara dan pembantu pembantu utamanya, hadir memberikan anugerahnya sebagai
hasil dari Brata Malam Shiva itu. Mereka yang sadar , bahkan
dinyatakan sebagai Shadashiva itu sendiri. Shiva juga menjelaskan cara cara
brata yang suci dan tanpa batas sebagai berikut. Setelah bangun pada pergantian
hari, seorang bhakta, walaka harus datang kepada pembimbing spiritualnya. Dia
harus memohon petunjuk pelaksanaan brata shivaratri dengan rendah hati. Setelah
membersihkan diri dan berpakain bersih, harus menenangkan diri hingga indria
indrianya benar- benar terkontrol dengan baik. Ritus japa, meditasi
, bhajan, dilakukan sampai matahari terbenam. Setelah itu kembali membersihkan
diri sekali lagi, lalu melakukan puja kepada Ganesha. Setiap satu Yama/
Prahara bhakta itu harus melakukan yajana yang terdiri dari abhiseka dan
abhyangga disertai persembahan suci disertai bakti mencuci kaki Archashiva.
Juga mempersembahkan pancagawya dan cairan buah pohon malika, utamanya daun
bilwa. Shadaka, harus membasuh / abhiseka Lingga sambil terus menyebutkan 1000
nama Shiva, mempersembahkan daun bilwa dan air yang serba wangi disertai kunyit.
Juga lakukan abhiseka dengan air berisi emas dan permata. Setelah
mengenakan wastra pada Linggam dan telah diolesi wangi wangian,
juga dipersembahkan tunjung biru, dupa, dipa, buah pinang, bhajan kidung
suci, musik, tarian, makanan, buah buahan , mengucapkan weda - rudram namakan -
chamakam, mantra mantra Shiva lainnya dan japa dan juga meditasi. Para Shadaka,
bhakta, walaka itu juga harus melakukan arathi. Arathi ini adalah pemujaan
dengan kamper dengan cara mengelombang gelombangkan cahaya api pada Linggam itu
sendiri.
Shivaratri sebagai
Pengalaman Pribadi
Saya sendiri sudah sejak
lama menjadikan brata shivaratri sebagai abhyasa yang tidak pernah dilewatkan.
Berkah berkah niskala/ spiritual yang sangat sangat rahasya saya peroleh saya
yakini hal itu merupakan anugerah Shivaratri, luar biasa dan tanpa
batas. Saya percaya phahala jalankan Brata Shivaratri itu unlimited. Banyak
pengalaman pribadi bersifat anubawa - saya peroleh langsung melalui three netra
yang sangat membahagiakan sekaligus menguatkan totalitas bhakti saya kepada
Mahadewa. Saya juga diberikan hadir beberapa kali di tempat tempat sangat suci
tanpa mengeluarksn uang , ada saja orang baik hati yang memberi uang dan
mengajak tirtayatra. Saya telah tirtayatra berkali kali utamanya ke
Thailand , Malaysia, terutama ke India yang sangat sulit. Antara lain ke
Chardam - Yamunatri, Ganggotri, Dewaprayag, Goa Wasistha, Risikesh, Haridwar,
Mathura, Brindavan, Agra, Jaipur, Uttarkashi, Kedarnath, 12 jyotir linggam yang
tersebar di daratan sangat luas Negeri Bharata Warsa itu, selain tempat tempat
suci di Tamil Nadhu, Puttaparti, Satya Narayana, Pune Shirdi Baba,
Arunachal Pradesh, ke Nepal - Pasupatinath, dll hingga mandi suci 4 kali di
Danau Manasarovara Tibet dan Parikram di Gunung suci Kailash Tibet dengan
ketinggian 5700 meter dan udara minus 5 derajat celsius ditempuh selama tiga
hari. Selain itu, berkah berkah suci dan sangat sangat rahasia yang sifatnya
esoterik. Saya pribadi, dengan pengalaman anubhawa - percaya berkah Shiva
Mahadewa itu memang bukan saja bhukti tetapi juga mukti/ kaivalya. Demikian
sekilas keistimewaan brata, upasana Shivaratri yang saya rasakan, alami setelah
menjalankan dengan srada, ketulusan, total surrender sesuai
petunjuk Shiva Mahadewa.
Tulisan sederhana ini merupakan
kompilasi berbagai sumber selain pengalaman pribadi, dari
Acharya Rishi
Sadhu Giriramananda.
Tat asthu svaha Om Kham Brah ommmmmmmm