Total Surrender
Percaya, semua adalah Kehendak Nya. Rumput bergoyang pun karena intervensi Paramashiva. Brahman lah sejatinya kreator agung segenap kreasi di jagat raya mayapada ini. Ketika takdir itu sudah mengikat kita, maka berusaha lari dari Narayana yang Agung pastilah sia sia. Sebab ketika, Sang Mahakala hadir maka jiwa menemui kulminasi damai dan anandam seiring terkuaknya pelan pelan ikatan Vasanas dan Samskara lalu itu. Sang jiwa pun semakin bergelora manakala total surrender dijadikan laku tuk realisasikan atma saksatkara. Semangat dedikasi sujud, sembah yang adalah domain spiritualitas itu sudah dimulai sejak kuliah semester III/ 1987.
Awalnya sempat ragu atas fenomena riil tidak kasat mata yang menjadi identitas kartu nama Sad Guru Satya Sai Narayana, dengan aneka miraclenya. Namun, sang jiwa justru senantiasa damai dan anandam serta penuh compassion, walau resistensi mind kerap memicu imajinasi di tengah persepsi diskriminatif. Sejak 1991 , dasar dasar menditasi Omkara Shivashidanta Kundalini Tantra Yoga dikakukan, hingga badan bergetar , bergerak sendiri bahkan melompat dari bawah dalam posisi padmasa. Selain itu, bhajan menjadi bagian shadana intensif. Kemudian 1994 mulai getol dan penuh semangat lakukan Agni Hotra dengan ikon main mantra , Gayatri Universal dan kemudian prosesi wiwaha pun yang digelar 9 April 1995 diawali Homa Yadnya dan kemudian prosesi tradisi. Sembari bekerja sebagai jurnalist dan juga merangkap dosen Fak Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI, shadana tidak pernah berhenti, hingga 2006 dan 2010 berangkat seorang diri saja ke India utara mandi suci di Sungai Gangga Haridwar dan Risikesh serta ke Andra Pradesh Puttaparti Ashram Sad guru. Dan juga mencari Guru Khusus Gayatri Mantram di Campuur Uttarpradesh. Sejak itu, selalu setiap tahun ke India bahkan lebih dari sekali setahun menjadi tour leader hingga ke dua kali ke Gunung Suci Kailash
Ketika disiplin shadana itu dijaga. Maka Sang jiwa senantiasa menarik narik kuat dengan pesan pesan sabda hrdaya yang penuh kasih menjadi menuntun setiap moment moment krusial. Kesadaran pemenuhan realisasi jati diri secara gradual terus semakin kuat dan kuat sehingga “total surrender” - penyerahan diri total dengan Atma Arpanam - persembahan atman - menjadi action , afirmasi abadi jalankan swadharma secara disiplin dan konsisten hingga kini.
Aneka pengalaman anubawa - pengalaman langsung melalui dharsan, sparsam dan shambhasam, - pengelihatan , menerima setuhan kasih dan bercakap cakap antar jiwatman - menguatkan dedikasi ini atas anugerah suci Hyang Paramashiva. Penyatuan sukma sarira dengan sabda Brahman omkara, jyotirlinggam, Sadguru Satya Narayana, Shiva, Parwati, Budha-Shiva dan Linggam Kailash, disusui Ibu Durga, berekpansi ke eskalasi dewa loka, Budha, Wisnu dan Shiva loka , menjalankan intruksi intruksi Tantrik Sri Ganesha Vinaya, Durga dan Shiva , tirtayatra ke tempat tempat nan suci 12 jyotirlinggam, Cardam, Pasupatinath,Manasarovara, Parikrama Kailash, Innacora, di India, Nepal, Tibet , dengan gratis, menegaskan kasih Hyang Shiva Bolenath tidak bertepi ketika total surrender itu berusaha dijalankan walau beberapa persen saja karena masih sangat jauh dari 100 persen. Percaya ketika kita melangkah dengan swadharma atma saksatkara, maka Paramatma akan menyongsong dengan berkah berkah unlimited. Tidak salah juga pesan Sadguru, ketika Kesadaran Tuhan sudah mengkristal lebih kuat maka segala hal yang bersifat sekala dan niskaka , akan sangat dimudahkan. Suatu yang sifatnya imposible dari perspektif mind menjadi posible berkah kasih anugerah Hyang Widhi. Tidak ada yang sia sia dalam setiap usaha. Hanya, kadang belum waktunya berbuah kita kerap tidak sabar untuk segera mewujudkannya. Kesabaran, menjadi ujian sangat berarti mewujudkan sukses tertunda kita. Karena itu, jalankan dengan tulus , iklas penuh kasih dan legowo karena buah itu sejatinya merupakan keniscayaan. Banyak pengalaman pengalaman esoterik diperoleh dalam perjalanan suksma sarira. Awalnya 2012 di Monastry Budha di Tawang , Arunchal Pradesh di ketinggian 4000 meter dpl, memulai perjalanan roh menembus ruang dan waktu tanpa batas dengan kecepatan pikiran. Setelah itu, hal hal rahasia di bukakan. Seperti bagaimana di balik keberadaan Pura Pura, Laut Selatan, Gunung Agung, Gunung Merapi, Gunung Himalaya di Kerdanath, Gunung Kailash dll. Melalui sukma sariram kita bukan saja diberikan anugerah masuk ke dimensi rahasia itu, juga diberikan tugas tugas suci terutama oleh Ibu Durga, Ganesha dan Shiva. Merasa terpojok dicap ke India indiaan, maka atas intruksi Ida Bethara Swargi Nabe Sebali Tianyar Arimbawa mengikuti prosesi diksa kolektif di Geria Teges Amlapura 30 September 2015 dan Ngelinggihang Weda Mapulang Lingga 27 Maret 2016. Berbagai pengalaman pengalaman bhatin menjadi penyemangat terus militan bersdhana secara iklas. Dari aneka pengalaman anubhawa itu Ganesh yang menanam linggam kristal sebagai paku bumi di Gunung Agung saat erupsi 2017 diminta terus berdoa ke sana. Shiva meminta menyenarkan meditasi Omkara Shivashidanta. Ibu Durga meminta ikut bagian kerja niskala agar jagat ini selalu damai, sejahtera penuh cinta kasih. Jadi, ketika “total surrender” dengan atma arpanam melalui pola dwaita dan advaita senantiasa dijadikan shadana mengawal swadharma itu, maka sejatinya bukan saja kita ikut bagian kerja sekala terciptaan rta yang lebih baik, juga menjadi agent transformasi jalankan intruksi intruksi Brahman melalui Durga, Ganesh , Narayana dan Shiva , yang merupakan domain niskala.