Ida Pedanda Nabe Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa

Ida Pedanda Nabe Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa (alm.) malinggih sejak di-dwijati 3 April 1985, adalah sulinggih dari Geria Tegeha Karangasem yang dikaruniai 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit. 

Semasa hidupnya beliau merupakan salah satu sulinggih yang paling aktif di berbagai organisasi dan sering menyuarakan berbagai isu keumatan baik di Bali maupun Indonesia, pernah menjabat sebagai Presiden Wolrd Hindu Parisad, salah satu pendiri Yayasan Veda Poshana Ashram serta Dharma Adhyaksa PHDI Pusat selama tiga periode.

Setelah medwijati banyak jabatan pernah diemban khususnya di organisasi spiritual. Selain pernah menjadi Dharma Adhyaksa selama tiga periode dan menjadi Presiden World Hindu Parisad (WHP), Ida Pendanda juga merupakan salah satu pendiri Veda Poshana Ashram

Beliau baru digantikan oleh Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (sulinggih dari Griya Gede Punggul Manuaba, Banjar Kelodan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung) sebagai Ketua Sabha Pandita PHDI Pusat melalui Mahasabha XI PHDI di Graha Samudera Bumimoro, Morokrembangan Kodiklatal Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2016.

Beberapa Pesan

Ida Pedanda Nabe Sebali Tianyar Arimbawa semasa hidupnya sering mengingatkan bahwa tugas sulinggih bukan hanya muput upacara, tapi mendidik umat sedharma agar jadi pintar. “Dalam memberikan pendidikan, tak boleh pilih kasih, tetaplah mengedepankan nyama braya,” jelas sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Ratu Suparta.
Beliau berpesan agar generasi muda Hindu solid dan bekerjasama secara harmonis membangun Hindu baik melalui pendidikan, budaya atau seni. Kegiatan ini bisa melalui apa saja sesuai profesionalitas masing-masing untuk diaplikasikan dalam kehidupan keseharian agar Hindu semakin berkembang di seluruh kantong-kantong umat baik di Indonesia maupun di dunia. Nasihat beliau agar semua kembali ke gaya hidup sederhana.

Dalam lingkungan keluarga semua mesti hidup rukun, menganggap semua makhluk hidup sebagai satu keluarga (vasudhaiva kuthumbakam), tidak membedakan orang dari agama, suku, kasta. Semua harus rukun dalam kesederhanaan dan agar semua umat rukun dalam perbedaan
Pandangan Keluarga dan Tokoh

Pada hari Senin 27 Februari 2017 beliau lebar/ wafat pada pukul 06.00 pagi. President World Hindu Parisad itu lebar di usia yang ke-76. Wafatnya Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa membuat banyak kesan duka dari keluarga dan juga kerabat.

Putra ketiga Ida Pedanda Sebali Tianyar yakni Ida Bagus Hari Wibawa, mengatakan bahwa beliau sangat menonjolkan sifat kesederhanaan dan tidak pernah membedakan antara umat Hindu dengan lainnya.
“Kalau untuk umat beliau ga tanggung-tangung membantu mencarikan solusi. Sama siapa saja bergaul, tidak membedakan asal-usul, kasta, warna,miskin, kaya, sama saja,” jelasnya Ia pun mengatakan bahwa piteket (nasehat) beliau adalah kesederhanaan. 

Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya punya opini sendiri soal sosok Ida Pedanda Sebali Tianyar. Menurutnya, Ida Pedanda Nabe merupakan tokoh Hindu yang revolusioner, berani berbuat sesuatu yang berbeda demi perkembangan Hindu. Menurutnya, sangat luar biasa jasa Beliau terhadap perkembangan Hindu di Indoenesia. 

Di mata akivis lingkungan Gendo Suardana, beliau dianggap sebagai sosok pandita yang melampaui jamannya. Banyak yang terkaget-kaget dengan tindakan beliau yang di luar kebiasaan, Salah satunya adalah memperbolehkan orang yang menghadap belaiu untuk menggunakan bahasa Indonesia jika tidak mampu berbahasa Bali yang baik untuk diskusi dengan beliau sebagai pandita. Beliau juga adalah pandita yang (mungkin) paling pertama bisa ditelepon jika membutuhkan komunikasi atau untuk berdiskusi. Tentu saja tatalaku ini membuat "geger" karena hal ini semacam "mendobrak tabu". Menurut Gendo, prinsip almarhum, jangan sampai bahasa menghambat komunikasi. Kalau terus terus terkungkung dengan bahasa, lama lama anak muda tidak berani menghadap pendeta. Sembari terus menerus memotivasi agar juga belajar berbahasa Bali yang baik untuk menjaga tradisi. 
"Saya masih ingat, bagaimana beliau membuat "geger" tahun 1998. Bersama Ibu Gedong Bagoes Oka, beliau ikut mendukung gerakan mahasiswa Bali melawan Orba. Banyak yang mengkritik keterlibatan beliau yang ikut mendampingi mahasiswa long march. Saat itu ketika ditanya, jawaban beliau sederhana, "Saya hanya berdoa untuk kedamaian dan keselamatan anak bangsa, selanjutnya melakukan "pada yatra," sambungnya. 

Koordinator JIKA, Ngurah Karyadi juga mempunyai pandangan tentang Ida Pedanda. Menurutnya, Ida Pedanda selalu menekankan sikap yang tidak terlalu mengagung-agungkan para elite parpol pusat yang akan menjadikan rakyat Bali mudah dieksploitasi. Beliau meminta rakyat Bali tetap waspada dan eling terutama pada masa-masa menjelang Pemilu. Persepsi yang salah tentang Pemilu yang dianggap sebagai pesta demokrasi bisa diperbaiki dengan melakukan pesta secukupnya, Jangan menikmati pesta sepuas-puasnya akan berdampak buruk dan merusak tata kehidupan masyarakat. 

(Diolah dari berbagai sumber)








Blog, Updated at: Februari 27, 2020

Postingan Populer

Buku VPA

Harga Rp 100.000 Harga Rp 50.000

Pemesanan silahkan KLIK DISINI
Bank BNI No 0864571776 an VPA Cabang Lombok

Cari Blog Ini


vedaposhana.ashram@gmail.com


  


TRI SANDHYA




https://www.ichintb.or.id/p/blog-page_56.html

Pusat Belajar Sansekerta

Bahasa Sansekerta adalah Bahasa Weda sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Sebagai Umat Hindu sudah saatnya mengetahui dan memahami isi Kitab Suci Weda dengan belajar Bahasa Sansekerta
Ayo Belajar Bahasa Sansekerta