Dengan ditetapkannya pelaksanaan Maha Shanti Puja ke 11 di
Pura Wanagiri Prako, Desa Suranadi, Lombok maka kegiatan diawali dengan matur
piuning (Melaksanakan upacara permakluman kehadapan Bhatara dan Ida Sanghyang
Widhi Wasa) yang dilaksanakan pada Purnamaning Sasih Kapat tanggal 13 Oktober
2019.
Upacara dalam bentuk Agnihotra dipimpin oleh Pandita Agni
Mas Suyasa. Peserta yang hadir adalah Panitia Maha Shanti Puja 11 serta
Pengurus Pura Wanagiri Prako dan beberapa warga sekitar. Tanggal 13 Oktober 2019
jatuh pada Hari Minggu bertepatan dengan Purnama yang disebut Aditya Purnima
adalah hari yang sangat baik untuk melakukan pemujaan Agni, demikian dijelaskan oleh Pandit
Shri Anantadamar Ganachakra.
Disamping Aditya Purnima, tgl 13 Oktober 2019 juga Purnamaning Kapat, dalam bahasa Sansekerta disebut dengan Kartikamasa dan disebut juga sebagai subha dewasa ( hari yang sangat baik).
Mengenai keindahan purnamaning kapat /kartikamasa tertuang dalam kidung Kawitan Wargasari "Kartika panedenging sari’".
Artinya, Purnamaning Kapat merupakan musim semi, dimana bunga-bunga sedang bermekaran
Dari sudut pandang astronomi, khususnya di Bali, matahari dalam Purnama Kapat tepat berada pada garis katulistiwa.
Dalam bahasa Bali matahari itu disebut dalam posisi majeg atau berada di atas ubun-ubun.
Nah ketika berbicara di atas ubun-ubun, di situlah titik nol (0).
Titik nol itu adalah simbol daripada sunya (tidak ada) atau niskala. Keadaan ini akan dimulai dari 15 hingga 21 Oktober.Sehingga Purnama Kapat, sebagian di anggap Sakral..
Selama rentang hari tersebut, masyarakat diharapkan melakukan pembersihan dan membangun sifat-sifat kedewataan, sehingga tumbuh berkembang ibaratkan bunga. Hal tersebut tidak hanya dilakukan pada raga manusia itu sendiri. Namun juga harus dilakukan pada alam semesta beserta isinya.
Oleh karena itu hari ini sangatlah tepat untuk memulai Yadnya Maha Shanti Puja yang bertujuan untuk kedamaian semesta
Disamping upacara matur piuning juga sekaligus untuk
melakukan praline Pelinggih Padmagiri karena akan dilakukan pemugaran
dan dibuat pelinggih yang baru. Disepakati bentuk pelinggih Padmagiri dengan model
Pesasakan yaitu Padma yang bentuknya sudah ada sejak jaman dahulu di Lombok,
yaitu tidak dengan ornament bedawangnala. Menurut Pandit Shri Anantadamar
Ganachakra , berdasarkan hasil pencariannya menemukan bahwa dalam Padma style
Pesasakan, bedawangnala sudah dituangkan dalam bentuk rerajahan serta pis
bolong sebagai pependeman, selanjutnya menurut beliau pis bolong ini tidak
ditemukan di bali, oleh karena itu beliau mencari sampai ke Palembang.
Dengan persetujuan pengemong pura disepakati untuk menata
Pura Wanagiri Prako agar menjadi indah dan asri, bukan menjadi megah. Hal ini
selaras juga dengan nama pura yakni Wanagiri (hutan), di hutan tidak ada
kemegahan tetapi yang ada adalah keindahan. Keindahan akan menimbulkan
kebahagiaan serta kedamaian, berbeda dengan kemegahan yang biasanya cenderung
berdampak pada kesombongan dan keangkuhan, demikian penjelasan Pandit Shri
Anantadamar.
Homa Yajnya/Agnihotra berjalan dengan khidmat dan penuh
vibrasi kesucian. Doa dan harapan pemujaan matur piuning adalah agar Ida
Sanghyang Widi Wasa, Para Dewa dan Bhatara serta Para Pitara/Leluhur memberikan restu, memberikan tuntunan sinar
suci sehingga Maha Shanti Puja dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya untuk
kedamaian Gumi Lombok, Nusantara, dunia dan alam semesta.
Dengan terlaksananya
upacara matur piuning ini maka panitia sudah mulai untuk melaksanakan kegiatan
persiapan, terutama akan dilakukan pemugaran pelinggih Padma, menata lingkungan
serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Astungkara mapikolih kerahayuan.
Untuk melihat koleksi foto selengkapnya silahkan klik DISINI