Ida Pandita Agni Acharya
Suvirapremananda
1. Brahmana adalah manusia panutan
bagi umat manusia, dia menjadikan dirinya sebagai contoh di masyarakat
bagaimana menjadi orang yang baik dan benar sesuai dengan ajaran shastra (veda,
upanishad purana, itihasa dan sebagainya). Beliau bersifat damai, suci hati,
berpengetahuan, bijaksana, penuh pengendalian diri, kuat tapanya, jujur,
toleran dan taat pada prinsip-prinsip keagamaan (BG. XVIII. 42).
Penjelasan tentang brahmana juga dapat
dilihat dalam Dammapada (wejangan Sang Buddha) Vagga XXVI sebanyak 41 sloka. Di
Bali disebut sebagai Sang Brahmana. Antara lain disebutkan bahwa
sesorang disebut sebagai Brahmana bukan karena jalinan rambut, bukan karena
keturunan (lahir dari keluarga Brahmana), sloka 11 dan 14. Namun karena
pengetahuannya yang dalam, pandai dan terlatih membedakan jalan yang benar dan
salah dan telah mencapai tujuan tertinggi, sloka 21.
2.
Surya (di Bali sering disebut Ida
Surya) adalah sebutan yang diberikan oleh umat / masyarakat kepada para
Brahmana, karena dia ibarat Sang Matahari yang menerangi semuanya tanpa
pilih kasih dan tidak membeda-bedakan. Yang melenyapkan kegelapan (dari
kebodohan dan kebingungan) dan menuntun umat ke jalan terang, dengan
pengetahuan dan kebijaksanaannya. Para brahmana yang disebut Ida Surya
adalah karena menuntun umat melalui dharma wacananya dan bimbingannya,
baik secara kelompok maupun per-orangan.
3.
Siwa (di Bali, umat sering mengatakan Ida
Siwan tityang / I Ratu Siwan tityang) adalah seorang Brahmana yang pada
saat memimpin upacara keagamaan, sebagai pendeta yang sedang `mapuja`
telah menyucikan diri terlebih dahulu dan kemudian `ngadegang Siwa ring
raga` (menjadikan dirinya sebagai Siwa). Dalam istilah lumrah di
Bali, umat yang sering meminta beliau untuk menjadi Purohita (pemuput
upacara keagamaan) di keluarganya, merasa bahwa beliau itu adalah junjungannya,
maka disebut sebagai Siwa-nya.
POSISI BRHAMANA BERDASARKAN
BHAGAVAD GITA
BG. 18.41
Para brahmana, para
ksatriya, para vaisya dan para sudra dibedakan oleh ciri-ciri yang yang
dilahirkan dari watak-watak mereka sendiri menurut sifat-sifat material, wahai
penakluk musuh (Arjuna).
BG. 18.42 (brahmana mempunyai 9 kualifikasi kemampuan)
Kedamaiain, mengendalikan diri, pertapaan,
kesucian, toleransi, kejujuran, pengetahuan, kebijaksanaan dan taat pada
prinsip keagamaan – para brahmana bekerja dengan sifat yang wajar ini.
BG. 18.43 (ksatrya mempunyai 7 kualifikasi keunggulan)
Kepahlawanan, kewibawaan, ketabahan hati, pandai
memanfaatkan keadaan, keberanian di medan perang, kedermawanan dan kepemimpinan
adalah sifat-sifat pekerjaan yang wajar bagi para ksatriya
BG. 18.44 (waisya mempunyai 3 kualifikasi kelebihan
- dan seorang sudra yang hanya mempunyai 1 kemampuan untuk
modal bertahan hidup)
Pertanian, melindungi sapi dan perdagangan adalah
pekerjaan yang wajar bagi para vaisya. Dan para sudra adalah pekerjaan
buruh dan pengabdian kepada orang lain.
BG. 18.45
Dengan mengikuti sifat-sifat pekerjaannya, setiap
orang dapat menjadi sempurna. Sekarang dengarlah dariKu bagaimana
kesempurnaan ini dapat dicapai
BG. 18.46
Dengan sembahyang kepada Tuhan, sumber semua
makhluk, yang berada dimana-mana, seseorang dapat mencapai kesempurnaan dengan
melakukan pekerjaannya sendiri.
RINGKASNYA
SEPERTI INI;
BG.
18.42 brahmana mempunyai 9 kualifikasi kemampuan;
1.
Kedamaian,
2.
Mengendalikan
diri,
3.
Pertapaan,
4.
Kesucian,
5.
Toleransi,
6.
Kejujuran,
7.
Pengetahuan,
8.
Kebijaksanaan
dan
9.
Taat pada
prinsip keagamaan
BG.
18.43 ksatrya mempunyai 7 kualifikasi keunggulan;
1.
Kepahlawanan,
2.
Kewibawaan,
3.
Ketabahan
hati,
4.
Pandai
memanfaatkan keadaan,
5.
Keberanian
di medan perang,
6.
Kedermawanan
dan
7.
Kepemimpinan
BG. 18.44 waisya
mempunyai 3 kualifikasi kelebihan - dari seorang sudra (yang hanya
mempunyai 1 kemampuan untuk modal bertahan hidup)
1.
Pertanian (bercocok
tanam),
2.
Melindungi
sapi (beternak) dan
3.
Perdagangan
Dan para sudra adalah pekerjaan buruh dan pengabdian
kepada orang lain.
BRAHMANA
BERDASARKAN PANDANGAN BUDDHA;
DAMMAPADA Vagga
XXVI tentang Brahmana, sebanyak 41 sloka;
1.
Brahmana
berusahalah memotong arus (kehidupan) dan singkirkanlah
nafsu-nafsu indriya. Setelah mengetahui penghancuran segala sesuatu yang
berkondisi,
O
Brahmana, engkau akan mengenal apa yang tak tercipta.
2.
Bila seorang
Brahmana telah mencapai akhir daripada dua jalan semadi, maka semua
belenggu akan terlepas dari dirinya. Karena mengerti dan telah
memiliki pengetahuan, ia bebas dari semua ikatan.
3.
Seseorang
yang tidak lagi memiliki pantai sini (6 landasan indriya dalam) atau
pantai sana (6 obyek indriya luar), maka ia kusebut seorang Brahmana.
4.
Seseorang
yang tekun bersemadi, bebas dari noda, tenang, telah mengerjakan apa yang harus
dikerjakan, bebas dari kotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir
(Nibbana), maka ia kusebut seorang Brahmana.
5.
Matahari
bersinar di waktu siang. Bulan bercahaya diwaktu malam, ksatrya
gemerlapan dengan seragam perangnya. Brahmana bersinar terang dalam
samadhi. Tetapi Sang Buddha bersinar dengan penuh kemuliaan sepanjang
siang dan malam.
6.
Karena telah
membuang kejahatan, maka ia kusebut seorang Brahmana; karena tingkah
lakunya tenang, maka ia kusebut seorang petapa; dan karena telah menghilangkan
noda-noda batin, maka is kusebut seorang Pabbajita.
7.
Janganlah
seseorang memukul Brahmana, juga janganlah Brahmana yang dipukul itu menjadi
marah kepadanya. Sungguh memalukan perbuatan orang yang memukul brahmana,
tetapi lebih memalukan lagi adalah Brahmana yang menjadi marah kepada orang
yang memukulnya.
8.
Tak ada yang
lebih baik bagi seorang Brahmana selain menarik pikirannya dari hal-hal yang
menyenangkan. Lebih cepat ia dapat menyingkirkan itikad jahatnya,
maka lebih cepat pula penderitaannya akan berakhir.
9.
Seseorang
yang tidak lagi berbuat jahat melalui badan, ucapan dan pikirannya,
serta dapat mengendalaikan diri dalam tiga saluran perbuatan ini, maka ia
kusebut seorang Brahmana.
10. Apabila melalui orang lain
seseorang dapat mengenal Dhamma sebagaimana yang telah dibabarkan oleh Samma
Sambuddha, maka hendaklah ia menghormati orang tersebut, seperti seorang
Brahmana menghormati api sucinya.
11. Bukan karena rambut dijalin,
(bukan karena) keturunan ataupun kelahiran, seorang menjadi Brahmana.
Tetapi orang yang memiliki kejujuran, dan kebajikan yang pantas disebut
Brahmana, orang yang suci.
12. Wahai orang bodoh, apa gunanya
engkau menjalin rambutmu serta mengenakan pakaian kulit menjangan?
Engkau hanya membersihkan bagian luarmu, tetapi hatimu masih penuh dengan
kekotoran.
13. Seseorang yang mengenakan jubah
kain bekas (pamsukula), kurus, otot-otot terlihat pada seluruh tubuhnya, bersamadi
seorang diri dalam hutan, maka ia kusebut seorang Brahmana.
14. Aku tidak menyebutnya seorang
Brahmana hanya karena ia berasal dari keluarga Brahmana atau lahir dari
kandungan seorang ibu Brahmana. Apabila dirinya masih penuh dengan noda,
maka ia hanyalah seorang keturunan Brahmana. Tetapi, orang yang tanpa
noda dan telah bebas dari semua ikatan, maka ia kusebut seorang Brahmana.
15. Ia yang telah memotong semua
belenggu, tidak lagi gemetar, yang bebas dan telah mematahkan semua ikatan,
maka ia kusebut seorang Brahmana.
16. Ia yang telah memotong sabuk
kebencian, tali kulit nafsu keinginan, dan tali rami pandangan
keliru serta semua kekotoran batin laten (anusaya); ia yang telah
menyingkirkan kayu penghalang (kebodohan) dan menyadari kebenaran,
maka ia kusebut seorang Brahmana.
17. Seseoran yang tidak marah,
yang dapat menahan hinaan, penganiayaan dan hukuman, yang memiliki senjata
kesabaran, maka ia kusebut seorang Brahmana.
18. Seseorang yang telah bebas
dari kemarahan, taat, bajik, bebas dari nafsu keinginan, terkendali dan memiliki
tubuh ini sebagai tubuh akhir, maka ia kusebut Brahmana.
19. Seseorang yang tidak lagi
melekat pada kesenangan-kesenangan indriya, seperti air diatas daun
teratai, atau seperti biji lada di ujung jarum, maka ia kusebut Brahmana.
20. Di dunia ini, seseorang yang
telah menyadari akhir penderitaannya sendiri, yang telah meletakkan
beban dan tidak terikat, maka ia kusebut seorang Brahmana.
21. Seseorang yang pengetahuannya
dalam, pandai dan terlatih membedakan jalan yang benar dan salah,
yang telah mencapai tujuan tertinggi, maka ia kusebut seorang Brahmana.
22. Orang yang menghindarkan diri
dari umum, dan para pertapa, yang mengembara tanpa tempat tinggal
tertentu dan sedikit kebutuhannya, maka ia kusebut seorang Brahmana.
23. Seseorang yang tidak lagi
menganiaya makhluk-makhluk lain, baik yang kuat maupun yang lemah, yang
tidak membunuh atau menganjurkan orang lain membunuh, maka ia kusebut seorang
Brahmana.
24. Orang yang tidak membenci diantara
mereka yang membenci; damai diantara mereka yang kejam; dan tidak
melekat diantara mereka yang melekat, maka ia kusebut seorang Brahmana.
25. Seseorang yang; nafsu,
kebencian, kesombongan dan kemunafikannya telah gugur, seperti biji lada
diujung jarum, maka ia kusebut seorang Brahmana.
26. Seseorang yang mengucapkan
kata-kata halus, yang mengandung Ajaran Kebenaran, yang tidak menyinggung
siapapun, maka ia kusebut Brahmana.
27. Di dunia ini, seseorang yang
tidak mengambil apa yang tidak diberikan, baik yang panjang atau pendek,
kecil atau besar, baik ataupun buruk, maka ia kusebut seorang Brahmana.
28. Seseorang yang tidak mempunyai
nafsu keinginan terhadap dunia ini maupun dunia selanjutnya, yang telah
bebas dari keinginan dan tidak lagi melekat, maka ia kusebut seorang Brahmana.
29. Seseorang yang tidak mempunyai
nafsu keinginan lagi, yang telah bebas dari keragu-raguan, karena memiliki
Pengetahuan Sempurna, yang telah menyelami keadaan tanpa kematian, maka ia
kusebut seorang Brahmana.
30. Seseorang yang telah mengatasi
kebaikan, kejahatan dan kemelekatan, tidak lagi bersedih hati, tanpa
noda dan suci murni, maka ia kusebut seorang Brahmana.
31. Seseorang yang tanpa noda,
bersih, tenang dan jernih batinnya seperti bulan purnama, maka ia
kusebut seorang Brahmana.
32. Orang yang telah menyeberangi
lautan kehidupan (samsara) yang kotor, berbahaya dan bersifat maya; yang
telah menyeberang dan mencapai Pantai Seberang; yang selalu bersemadi, tenang
dan bebas dari keragu-raguan; yang tidak terikat pada suatu apapun dan telah mencapai
Nibanna, maka ia kusebut seorang Brahmana.
33. Seseorang yang dengan membuang
nafsu keinginan kemudian meninggalkan kehidupan rumah tangga, dan menempuh
kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan nafsu indriya akan wujud
yang baru, maka ia kusebut seorang Brahmana.
34. Seseorang yang dengan membuang
nafsu keinginan kemudian meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh
kehidupan tanpa rumah, telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan,
maka ia kusebut seorang Brahmana.
35. Seseorang yang telah
menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi dan telah mengatasi ikatan-ikatan
surgawi, bebas dari semua ikatan, maka ia kusebut seorang Brahmana.
36. Seseorang yang telah mengatasi
rasa senang dan tidak senang dengan tidak menghiraukannya lagi, telah
menghancurkan dasar-dasar bagi perwujudan dan telah mengatasi semua dunia
(kelompok kehidupan), maka ia kusebut seorang Brahmana.
37. Seseorang yang telah memiliki
pengetahuan sempurna tentang timbul dan lenyapnya makhluk-makhluk, telah bebas
dari ikatan, telah pergi dengan baik (Sugata) dan telah mencapai Penerangan
Sempurna, maka ia kusebut seorang Brahmana.
38. Orang yang jejaknya tak dapat
dilacak, baik oleh para dewa, gandharwa amupun manusia, telah menghancurkan
semua kekotoran batin dan telah mencapai kesucian (Arahat), maka ia kusebut
seorang Brahmana.
39. Orang yang tidak terikat lagi
pada apa yang telah lampau, apa yang sekarang maupun yang akan datang,
tidak memegang ataupun melekat pada apapun juga, maka ia kusebut seorang
Brahmana.
40. Ia yang mulia, agung,
pahlawan, pertapa agung (Mahesi), penakluk, orang tanpa nafsu,
telah mencapai penerangan, maka ia kusebut seorang Brahmana.
41. Orang yang mengetahui semua
kehidupannya yang lampau, dapat melihat keadaan surga dan neraka, telah
mencapai akhir kelahiran, telah mencapai kesempurnaan pandangan terang,
suci murni dan sempurna kebijaksanaannya, maka ia kusebut seorang Brahmana.
Demikianlah Sabda Sang
Buddha tentang seorang Brahmana.
Seseorang
yang mengaku dirinya Brahmana adalah bukan Brahmana,
Sebab
seorang brahmana tidak pernah mengaku-aku dirinya brahmana
(tidak
akan meminta-minta pengakuan),
Namun,
justru karena kerendahan hatinya itulah
diakui
ke-Brahmana-annya dan dihormati oleh banyak orang.